adjar.id - Sejarah perkembangan etnografi tidak dapat dilepaskan dari sejarah peradaban Eropa dan sejarah penjelajahan samudra.
Etnografi dan antropologi pada dasarnya tidak bisa saling dipisahkan satu sama lain, Adjarian.
Awalnya, antropologi merupakan studi yang dilakukan kepada masyarakat dan kebudayaan di luar Eropa.
Orang-orang Eropa kemudian menjelajahi kawasan di luar peradabannya dan mendeskripsikannya dalam catatan-catatan.
Maka dari itu, pada mulanya etnografi tidak dibuat dengan tujuan untuk akademis.
Akan tetapi etnografi dibuat untuk kepentingan para pegawai kolonial, penjelajah, misionaris, atau pedagang yang melakukan perjalanan ke luar Eropa.
Sejak awal perkembangannya, tradisi penulisan etnografi sudah mengalami beberapa perkembangan penting.
Berikut sejarah perkembangan etnografi sebelum abad ke-19.
"Perkembangan etnografi tidak bisa dilepaskan dari pengaruh dinamika sejarah dan pemikiran yang melingkupinya."
Sejarah perkembangan etnografi sebelum abad ke-19 yang dimulai dari:
1. Yunani dan Romawi Kuno
Baca Juga: 7 Ciri Etnografi sebagai Metode Penelitian, Materi Antropologi Kelas XI Kurikulum Merdeka
Etnografi sudah terdapat dalam perkembangan awal filsafat barat.
Ada beberapa nama yang menarik, seperti Herodotus yang menulis tentang masyarakat mesir.
Dirinya banyak memberikan perhatian terhadap kondisi iklim, kehidupan sehari-hari laki-laki dan perempuan, mata pencaharian, dan lainnya.
Lalu, ada juga Megathenes yang merupakan seorang duta besar Yunani untuk India yang melukiskan sistem kasta.
Selain itu, ada juga Cornelius Tacitus yang merupakan sejarawan Romawi yang menuliskan tentang masyarakat Eropa Utara dalam buku Germania.
Berbeda dengan Herodotus dan megathenes, Tacitus ini tidak hanya mendapatkan keterangan dari para serdadu dan orang-orang yang bepergian ke wilayah utara.
2. Abad Penemuan
Abad ke-15 dan abad ke-17 merupakan masa saat bangsa Eropa bertemu dengan masyarakat yang tinggi di Benua Asia, Amerika, dan Oseania.
Mereka menemukan apa yang dikenal dengan istilah Dunia Baru.
Penemuan kebudayaan maju di Peru dan Meksiko mengubah pemahaman baru tentang superioritas Eropa terhadap bangsa lain.
Dari sini jugalah lahir satu kesadaran mengenai relativisme kebudayaan, Adjarian.
Pada masa ini, penulis penting di antaranya Garscilaso de la Vega, Michel de Montaigne, dan John Scheffer.
Periode ini juga ditandai dengan adanya rasa ingin tahu yang lebih besar mengenai keberagaman budaya dan warna kulit.
Pertanyaan yang sering muncul di masa ini, di antaranya tentang asal-usul, sejarah, kebudayaan dan peradaban manusia, serta perkembangan warna kulit.
3. Masa Pembaruan
Menjelang akhir abad ke-19 terdapat banyak keterangan yang lebih lengkap mengenai masyarakat dan kebudayaan di dunia yang terkumpul dan bisa terbaca.
Montesquieu dan Voltaire memanfaatkan berbagai tulisan tersebut untuk menyusun pandangan mereka mengenai kejayaan dan keruntuhan peradaban.
Mereka memahami bahwa India, Tiongkok, dan Amerika Tengah sudah sejak lama mencapai kemajuan yang tinggi.
Hal inilah yang membuat penulisan tentang peradaban dunia tidak hanya terkutat mengenai Eropa.
Mostesquieu dalam buku L'esprit de Lois menuliskan perbandingan peraturan di berbagai masyarakat.
Mostesquieu juga mengemukakan bahwa masyarakat berevolusi dari liar menuju ke barbar, sampai akhirnya sampai ke peradaban.
J.J. Rousseau menyatakan bahwa pada dasarnya manusia terlahir bebas, akan tetapi dibelenggu oleh berbagai hal yang melingkupinya.
Lalu, ia juga menyatakan bahwa manusia pada dasarnya baik, akan tetapi peradaban membuat sifat baik itu hilang.
"Sejarah perkembangan etnografi sebelum abad ke-19 dimulai dari masa Yunani dan Romawi Kuno, abad penemuan, dan masa pemburuan."
Itulah sejarah perkembangan etnografi yang terjadi sebelum abad ke-19.
Coba Jawab! |
Bagaimana sejarah etnografi di masa Yunani dan Romawi Kuno? |
Petunjuk: Cek halaman 2. |
---
Sumber: Buku Antropologi untuk SMA Kelas XI karya Okta Hadi Nurcahyono, Kemdikbudristek Tahun 2021.
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR