adjar.id - Bahasa Jawa memiliki tingkatan bahasa yang digunakan dalam unggah-ungguh bahasa Jawa versi lama.
Salah satu tingkatan tersebut adalah bahasa madya, yaitu tingkatan bahasa yang berada di antara bahasa ngoko dan bahasa krama.
Penggunaan bahasa madya masih banyak digunakan oleh masyarakat Jawa yang tinggal di desa dan daerah pegunungan.
Berdasarkan bentuknya, bahasa madya dibagi menjadi tiga, yaitu madya ngoko, madyantara, dan madya krama.
Nah, kali ini kita akan berfokus pada madyantara, Adjarian.
Madyantara adalah bahasa madya yang tersusun dari kosakata bahasa krama dan imbuhan bahasa ngoko.
Berikut ciri-ciri, pengunaan, dan contoh kalimat madyantara.
- Kata "aku" diubah menjadi "kula".
- Kata "kowe" diubah menjadi "sampeyan" atau "samang".
- Ater-ater atau awalan tak-, diubah menjadi "kula".
- Ater-ater atau awalan ko-, diubah menjadi "samang" atau "mang".
Baca Juga: 12 Contoh Tembung Ngoko, Krama Madya, dan Krama Inggil Berawalan Huruf A
- Tambahan -ku, diubah menjadi "kula".
- Tambahan -mu, diubah menjadi "sampeyan" atau "samang".
- Tambahan -e tidak diubah atau tetap.
Penggunaan madyantara oleh masyarakat Jawa:
- Masyarakat desa kepada orang lain yang lebih tua atau yang dihormati.
- Sesama priyayi yang sudah akrab.
- Istri priyayi kepada suaminya.
- Priyayi kepada saudaranya yang memiliki pangkat lebih rendah.
- Sampeyan empun maem dereng?
- Kula nembe teko omah.
- Sepedane niku, mang pindah njobo.
Baca Juga: 10 Contoh Tembung Ngoko, Krama Madya, dan Krama Inggil Berawalan Huruf B
- Bukune kula nembe dijilih kanca.
Nah, itulah pengertian, ciri-ciri, pengunaan, dan contoh kalimat madyantara.
Coba Jawab! |
Kata "aku" dalam madyantara diubah menjadi apa? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
Tonton video ini juga, yuk!
Penulis | : | Mumtahanah Kurniawati |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR