adjar.id - Perlawanan terhadap Belanda dilakukan di wilayah Sumatra yang dikenal dengan Perang Batak.
Pada abad ke-19, pemerintah kolonial Belanda berhasil menguasai wilayah Sumatra.
Akan tetapi, tidak semua wilayah berhasil dikuasai, ada wilayah Aceh dan Batak yang masih belum dikuasai oleh Belanda.
Nah, sekitar tahun 1870-an, Belanda mulai melakukan interaksi dengan orang-orang Batak.
Saat itu, kaum misionaris atau pendakwah Kristen banyak yang melakukan upaya penyebaran agama Kristen di wilayah Batak.
Hal inilah yang kemudian memicu peperangan antara rakyat Batak dengan Belanda.
Saat itu, perlawanan rakyat Batak dipimpin oleh Sisingamangaraja XII, Adjarian.
Berikut latar belakang dan proses jalannya perang Batak.
"Perang Batak terjadi antara rakyat Batak yang dipimpin Sisingamangaraja XII dengan Belanda."
Perlawanan rakyat Tapanuli menghadapi Belanda dikarenakan agama Batak kuno yang dianut masyarakat terancam karena datangnya agama Kristen.
Sisingamangaraja XII sebagai raja Batak menolak adanya upaya penyebaran agama Kristen yang dilakukan misionaris Belanda di wilayah Batak.
Baca Juga: Kronologi Terjadinya Perang Padri
Hal itu dilakukan Sisingamangaraja karena takut kepercayaan dan tradisi animisme rakyat Batak akan terkikis karena berkembangnya agama Kristen.
Upaya penolakan Kristenisasi di Batak dilakukan oleh Sisingamangaraja dengan mengusir organisasi penyebar agama Kristen, yaitu Zending.
Menurutnya, organisasi tersebut memaksakan agama Kristen kepada rakyat Batak di tahun 1877.
"Perang Batak terjadi karena adanya penolakan masuknya agama Kristen di Tapanuli oleh misionaris Belanda."
Misionaris meminta perlindungan dari pemerintah kolonial Belanda karena adanya pengusiran yang dilakukan Sisingamangaraja.
Pada 6 Febtuari 1878, pasukan Belanda sampai di Pearaja yang berada di pedalaman Sumatra Utara dan bergabung dengan kaum misionaris Belanda.
Datangnya para tentara Belanda ke wilayah Batak sudah memprovokasi Sisingamangaraja.
Sehingga pada 16 Februari 1878, Sisingamangaraja mengumumkan perang dengan melakukan penyerangan ke pos Belanda di Bahal Batu.
Pada Desember 1878, pasukan Sisingamangaraja bergabung dengan pejuang Aceh untuk melakukan perlawanan kepada Belanda.
Aliansi Aceh dan Sisingamangaraja berhasil menduduki wilayah pedalaman Sumatra Utara.
Akan tetapi, saat memasuki wilayah kota, pasukan tersebut berhasil dipukul mundur oleh pasukan Belanda.
Baca Juga: Latar Belakang dan Jalannya Perang Tondano II
Perang Batak antara Belanda dengan pasukan Sisingamangaraja berjalan seimbang selama tahun 1880-an.
Serangan yang dilakukan Sisingamangaraja pada bulan Agustus 1889 berhasil menduduki daerah Lobu Talu dan melumpuhkan tentara Belanda.
Akan tetapi, pendudukan di Lobu Talu ini tidak berlangsung lama, Adjarian.
Hal ini karena Belanda kembali mendatangkan bantuan dari Padang untuk merebut Lobu Talu dari Sisingamangaraja.
Ketika wilayah Hutan Paong berhasil diduduki Belanda pada September 1889, perlawanan Sisingamangaraja mulai menurun.
Belanda terus-menerus memburu Sisingamangaraja dan pasukannya sampai terjadilah pertempuran di daerah Tamba.
Dalam pertempuran tersebut, Pasukan Batak mengalami kekalahan dan harus melarikan diri menuju daerah Horion.
Hingga pada tahun 1907, Belanda berhasil mengepung Sisingamangaraja XII di daerah Dairi.
Meski begitu, Sisingamangaraja tidak mau menyerahkan diri.
Sisingamangaraja dan pasukannya lebih memilih bertarung hingga titik darah penghabisan.
"Perang Batak di mulai pada tahun 1878 sampai tahun 1907 di beberapa daerah di Sumatra Utara."
Baca Juga: Latar Belakang dan Jalannya Perang Tondano I
Nah, itu tadi latar belakang dan proses jalannya Perang Batak yang melibatkan rakyat Tapanuli dengan Belanda.
Coba Jawab! |
Siapa yang memimpin rakyat Batak dalam perang Batak melawan Belanda? |
Petunjuk: Cek halaman 2. |
---
Sumber: Buku Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 1 Edisi Revisi 2017 karya Sardiman AM dan Amurwani Dwi Lestariningsih.
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR