Desa-desa tempat penduduk tinggal berada di bagian luar tembok kota yang kesemuanya sudah diatur oleh pejabat desa.
"Kehidupan sosial Kerajaan Mataram Kuno membagi masyarakat ke dalam sistem kasta, mulai dari kasta brahmana, kesatria, waisya, dan sudra."
Kebudayaan yang dimiliki oleh Kerajaan Mataram Kuno memiliki nilai yang sangat tinggi.
Hal ini bisa dilihat dari banyaknya peninggalan kerajaan berupa candi dan prasasti yang masih ada sampai saat ini.
Ada begitu banyak candi dari peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang masih berdiri sampai sekarang, Adjarian.
Corak dari candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ini beragam, ada yang bercorak Hindu dan ada juga yang bercorak Buddha.
Beberapa candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, di antaranya Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sewu, Candi Kalasan, dan lain sebagainya.
O iya, di Kerajaan Mataram Kuno juga berkembang seni pertunjukan dan seni sastra, Adjarian.
Salah satu hasil seni sastra yang menjadi peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno adalah Kitab Ramayana Kakawin.
Kitab ini diperkirakan berasal dari masa pemerintahan Raja Dyah Balitung di tahun 899 sampai 911 Masehi.
Sementara pada masa pemerintahan Dinasti Isyana di Jawa Timur, terdapat karya sastra berjudul Sang Hyang Kamahayanika yang isinya tentang agama Buddha Mahayana.
Baca Juga: 16 Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno juga memiliki berbagai macam seni pertunjukan yang bisa dilihat melalui relief di Candi Borobudur.
Seni pertunjukan yang ada pada masa Kerajaan Mataram Kuno, yaitu pertunjukan wayang dan tari-tarian dalam upacara penetapan tanah bebas pajak atau sima.
"Kebudayaan di Kerajaan Mataram Kuno sangat beragam, mulai dari prasasti, candi, seni sastra, dan seni pertunjukan."
Nah, demikianlah gambaran kehidupan sosial dan kebudayaan Kerajaan Mataram Kuno.
Coba Jawab! |
Pada masa dinasti apa Kerajaan Mataram Kuno mencapai puncak kejayaan? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
---
Sumber: Buku Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Edisi Revisi 2017 karya Restu Gunawan, dkk.
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR