adjar.id - Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim terbesar yang pernah ada di Nusantara.
Kerajaan Sriwijaya berdiri sekitar abad ke-7 hingga abad ke-13 Masehi dan memiliki pengaruh yang luas di wilayah Asia Tenggara.
Pusat pemerintahan dari Kerajaan Sriwijaya berada di tepi Sungai Musi atau sekitar Kota Palembang, Sumatra Selatan.
Letak kerajaan inilah yang memudahkan proses perdagangan maritim antara Kerajaan Sriwijaya dengan kerajaan lain, Adjarian.
Nah, Kerajaan Sriwijaya terkenal karena kekuatan angkatan lautnya dan kegiatan perdagangan yang aktif.
Kerajaan ini menguasai jalur perdagangan penting antara India, Tiongkok, dan kerajaan-kerajaan lain di Asia Tenggara.
Sriwijaya juga mengontrol jalur perdagangan rempah-rempah dari Kepulauan Maluku ke daratan Asia, yang memberikan mereka keuntungan ekonomi yang besar.
O iya, berikut perkembangan ekonomi Kerajaan Sriwijaya.
"Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang berhasil menguasai perdagangan nasional dan internasional pada masa kejayaannya."
Letak Kerajaan Sriwijaya yang strategis membuat perkembangan ekonominya berkembang pesat.
Letak dari Kerajaan Sriwijaya berada di Sungai Musi dan tidak begitu jauh dari Selat Malaka.
Baca Juga: 6 Raja Terkenal dari Kerajaan Sriwijaya
Hal inilah yang membuat Kerajaan Sriwijaya berada di lalu lintas perdagangan dan pelayaran internasional.
Pada masa Kerajaan Sriwijaya ini, aktivitas perdagangan antara Tiongkok dan India dilakukan melalui Selat Malaka yang ramai.
Sehingga membuat Kerajaan Sriwijaya juga mendapatkan keuntungan akan hal tersebut.
Para pedagang asing dari dua negara tersebut akan singgah ke Kerajaan Sriwijaya untuk menukarkan kain katun dan sutra, tembikar, dan porselin.
Selain itu, barang dagangan dari penduduk Kerajaan Sriwijaya juga akan laku di pasar karena memang mayoritas penduduknya bekerja di sektor perdagangan.
Nah, barang dagangan dari Kerajaan Sriwijaya yang termasuk komoditas utama, di antaranya perak, emas, kapulaga, gading gajah, penyu, pinang, cendana, dan lainnya.
Pada perkembangan Kerajaan Sriwijaya, kerajaan ini dapat menguasai jalur perdagangan yang ada di Selat Malaka.
Bahkan, Kerajaan Sriwijaya dapat memegang hegemoni dan memiliki andil besar dalam perdagangan internasional.
Agar bisa mempertahankan perdagangannya, Kerajaan Sriwijaya memberikan upeti kepada Tiongkok.
Tujuannya agar Tiongkok tidak dapat menjalin perjanjian dagang dengan negara pesaing dari Kerajaan Sriwijaya.
O iya, Kerajaan Sriwijaya juga menjalin hubungan dagang dengan negara lain, seperti India, Kamboja, Filipina, Arab, Burma, dan Persia.
Baca Juga: 2 Candi Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Sehingga, Kerajaan Sriwijaya bisa memonopoli perdagangan di wilayah Asia Tenggara.
Kapal-kapal dagang dari negara asing yang singgah dipelabuhan dimanfaatkan juga oleh Kerajaan Sriwijaya agar dapat menghasilkan keuntungan yang lebih.
Kerajaan Sriwijaya juga menerapkan pajak dan melakukan kontrol yang ketat terhadap jalur pelayaran dan perdagangan utama.
Hal ini dilakukan karena Kerajaan Sriwijaya memiliki armada laut yang kuat sehingga bisa mengatasi gangguan yang terjadi di jalur pelayaran dan perdagangan.
Kapal-kapal dagang juga akan lebih terjamin keamanannya sehingga semakin banyak pedagang yang singgah di wilayah Kerajaan Sriwijaya.
Angkatan laut dari Kerajaan Sriwijaya ditempatkan di berbagai pangkalan yang strategis dengan berbagai tugas, yaitu:
- Melindungi kapal dagang yang berlabuh.
- Mengawasi jalannya perdagangan.
- Mencegah terjadinya pelanggaran laut di wilayah Kerajaan Sriwijaya.
"Perkembangan ekonomi di Kerajaan Sriwijaya berkembang sangat pesat karena letak kerajaan yang strategis di jalur pelayaran dan perdagangan internasional."
Itulah perkembangan ekonomi di Kerajaan Sriwijaya terutama pada masa kejayaan kerajaan tersebut.
Baca Juga: Jawab Soal Alasan Kerajaan Sriwijaya Disebut sebagai Kerajaan Maritim
Coba Jawab! |
Dengan negara mana Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan dagang? |
Petunjuk: Cek halaman 2 dan 3. |
---
Sumber: Buku Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Edisi Revisi 2017 karya Restu Gunawan, dkk.
Tonton video ini, yuk!
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR