Nah, Pak Koen ini kemudian menjadi sosok utama yang berjasa dalam mendirikan dasar-dasar ilmu antropologi di Indonesia.
Bahkan dirinya mendapatkan gelar kehormatan sebagai Bapak Antropologi Indonesia.
Sepanjang hidupnya, Pak Koen mendedikasikannya untuk perkembangan ilmu antropologi, pendidikan antropologi, serta segala sudut pandang yang berkaitan dengan kebudayaan dan kesukubangsaan Indonesia.
Atas sumbangsih dan pengabdiannya inilah, Pak Koen banyak menerima penghargaan.
Misalnya penghargaan ilmiah Doctor Honoris Causa dalam ilmu-ilmu sosial dari Rijksuniversiteit Utrech, Belanda tahun 1978.
Selain itu, dirinya juga menerima Grand Prize dari 6th Fukouka Asia Cultural Prizes di tahun 1955.
Lalu di tahun 1968, Pak Koen menerima anugerah Satyalencana Dwidja Sistha dari Menteri Pertahanan dan Keamanan Republik Indonesia.
Pak Koen mulai tertarik pada bidang Antropologi sejak menjadi asisten Profesor G.J. Held yang merupakan Guru Besar Antropologi di Universitas Indonesia.
Saat itu Profesor G.J. Held sedang mengadakan penelitian lapangan di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Dalam perjalanannya, Pak Koen berhasil merintis berdirinya 11 jurusan Antropologi di berbagai universitas di Indonesia.
Dirinya juga aktif mengajar dan menulis berbagai hal tentang kebudayaan dan pembangunan di Indonesia sejak tahun 1957 sampai tahun 1999.
Baca Juga: Cabang-Cabang Ilmu Antropologi, Materi Antropologi Kelas 11 Kurikulum Merdeka
Melalui tulisannya inilah Ia mengajarkan tentang pentingnya mengenal masyarakat dan budaya bangsa sendiri.
Setelah berhasil mengembangkan ilmu Antropologi di Indonesia, pada tanggal 23 Maret 1999 Pak Koen tutup usia.
O iya, acara Pegelaran Wayang Orang Bharata yang dilaksanakan pada 15 Juni 2023 di Bentara Budaya Jakarta juga terbuka untuk umum.
Jadi, kita bisa ikut memeriahkan acara tersebut, Adjarian.
Coba Jawab! |
Apa tujuan digelarnya peringatan 100 tahun Koentjaraningrat? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR