adjar.id - Kemunculan agama Islam di Maluku bisa diketahui melalui beberapa naskah kuno, seperti Hikayat Hitu, Hikayat Bacan, dan lainnya.
Agama Islam mulai masuk ke Maluku pada abad ke-8 M yang dibawa oleh empat syekh dari Persia atau Irak.
Keempatnya berpencar ke wilayah-wilayah di Maluku, seperti wilayah Ternate, Tidore, dan Halmahera.
Hingga akhirnya berdirilah berbagai Kerajaan Islam di Maluku, Adjarian.
Selain karena para syekh dari Persia, penyebaran Islam di Maluku juga tidak lepas dari peran ulama dan mubalig dari Jawa.
Sunan Giri dari Jawa memperkenalkan agama Islam kepada raja Ternate, yaitu Zainal Abidin di tahun 1486 M.
Pesatnya Islam berkembang di Maluku membuat banyak kerajaan-kerajaan di sana memeluk agama Islam.
Nah, berikut beberapa kerajaan Islam yang berdiri di Maluku.
"Islam masuk ke Maluku membuat banyak kerajaan-kerajaan di Maluku memeluk agama Islam."
Kerajaan Ternate terletak di Maluku Utara dengan ibu kota di Sampalu.
Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-13 M karena adanya Islamisasi yang dilakukan para ulama dari Jawa, Arab, dan Melayu.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Ternate: Masuknya Islam, Masa Kejayaan, dan Kemunduran
Kerajaan Ternate mulai masuk Islam setelah raja Zainal Abidin mempelajari agama Islam tahun 1486 M kepada Sunan Giri.
Kerajaan Ternate termasuk kerajaan penghasil rempah-rempah dengan kualitas terbaik saat itu.
Maka dari itu, Kerajaan Ternate terkenal dengan corak ekonomi di bidang perdagangan rempah.
Banyak para pedagang rempah yang singgah ke Ternate, seperti pedagang dari Jawa, Timur Tengah, dan Tiongkok.
Selain itu, Kerajaan Ternate juga berhasil mengembangkan kota pelabuhan yang menjadi pusat perdagangan rempah di wilayah Indonesia timur.
Kerajaan Tidore berada di Pulau Halmahera dan sebagain Pulau Seram.
Kerajaan Tidore mulai memeluk agama Islam pada akhir abad ke 15 Masehi.
Raja dari Kerajaan Tidore yang pertama kali masuk Islam adalah Cirali Lijitu yang memiliki gelar Sultan Jamaludin.
Berkat jasa mubalig yang bernama Syekh Mansyur, Sultan Jamaludin berhasil masuk agama Islam.
Sama halnya dengan Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore juga mempunyai corak ekonomi perdagangan rempah-rempah.
Bahkan, Kerajaan Tidore merupakan pesaing utama bagi Kerajaan Ternate dalam bidang perdagangan dan politik.
Baca Juga: 5 Bentuk Peninggalan Kerajaan Ternate
Puncak Kejayaan Kerajaan Tidore terjadi pada masa pemerintahan Sultan Kaicil Nuku.
Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan dari Kerajaan Tidore sampai mencakup wilayah Papua bagian barat, Kepulauan Aru, Kepulauan Kei, sampai ke Kepulauan Pasifik.
Kerajaan Bacan adalah Kerajaan di Maluku yang wilayah kekuasannya meliputi Kepulauan Bacan, Waigeo, Solawati, Obu, dan Irian Barat.
Proses penyebaran Islam yang terjadi di kerajaan ini dilakukan oleh mubalig yang berasal dari kerjaan Islam Maluku lain.
Secara resmi Kerajaan Bacan memeluk agama Islam pada tahun 1521 saat raja Zainal Abidik masuk Islam.
Zainal Abidin ini merupakan raja pertama dari Kerajaan Bacan yang juga menerapkan Islam sebagai agama kerajaan.
Kerajaan Jailolo adalah kerajaan tertua yang ada di Maluku, Adjarian.
Letak Kerajaan Jailolo ini berada di pesisir utara Pulau Seram dan sebagain Halmahera.
Kerajaan Jailolo telah berdiri sejak tahun 1321 dan mulai menjadi kerajaan Islam setelah kedatangan mubalig yang berasal dari Malaka.
Pada pertengahan abad ke-13 diperkirakan bahwa Kerajaan Jailolo pernah diperintah oleh Syarif yang merupakan orang dari Mekkah.
Eksistensi Kerajaan Jailolo mulai terancam setelah berdirinya Kerajaan Ternate.
Baca Juga: Jawab Soal Hubungan Kerajaan Ternate dan Tidore dengan Ulama dari Gresik
"Kerajaan Islam di Maluku, di antaranya Kerajaan Ternate, Kerajaann Tidore, Kerajaan Bacan, dan Kerajaan Jailolo."
Nah, itulah empat kerajaan Islam yang pernah berdiri di Maluku, Adjarian.
Coba Jawab! |
Siapa raja pertama di Kerajaan Ternate yang masuk Islam? |
Petunjuk: Cek halaman 2. |
---
Sumber: Buku Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Edisi Revisi 2017 karya Restu Gunawan, dkk.
Tonton juga video ini, yuk!
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR