adjar.id - Masa setelah kemerdekaan, tepatnya tanggal 19 Desember 1948 menjadi hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia.
Pada hari tersebut terjadi Agresi Militer Belanda II yang dilakukan Belanda ke Yogyakarta yang merupakan ibu kota sementara Indonesia.
Agresi Militer Belanda II merupakan kelanjutan dari Agresi Militer Belanda I yang terjadi pada 21 Juli sampai 5 Agustus 1947, Adjarian.
Agresi Militer Belanda II dilakukan sebagai upaya Belanda untuk kembali menguasai Indonesia.
Seperti yang kita tahu, setelah kemerdekaan Indonesia, Belanda bersama Sekutu kembali ke Indonesia.
Bahkan, Belanda tidak mengakui kedaulatan dan kemerdekaan yang sudah diproklamasikan oleh Indonesia.
Lalu, apa latar belakang dan dampak dari adanya Agresi Militer Belanda II?
"Belanda melakukan serangan besar-besaran ke Yogyakarta yang dikemudian dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II."
Agresi Militer Belanda II terjadi setelah adanya Perjanjian Renville yang dilaksanakan pada 8 Desember 1947 sampai 19 Januari 1948.
Setelah perjanjian tersebut ditandatangani, masih ada perdebatan yang dilakukan oleh pihak Indonesia dan Belanda.
Bahkan keduanya mengklaim bahwa salah satu pihak melanggar hasil Perjanjian Renville yang sudah disahkan.
Baca Juga: Perjanjian Renville: Isi dan Dampak
Alasan inilah yang kemudian menjadi awal Belanda melakukan agresi militer.
Agresi Militer Belanda II terjadi pada 19 Desember 1948 saat Belanda melakukan serangan militer ke Yogyakarta.
Pada saat itu, Kota Yogyakarta merupakan ibu kota sementara negara Indonesia.
Agresi Militer Belanda II ini merupakan kelanjutan dari Agresi Militer Belanda I yang terjadi pada 21 Juli sampai 5 Agustus 1947.
Belanda berhasil mengambil alih Kota Yogyakarta dan menyebabkan kerusakan di Indonesia.
Agresi Militer Belanda II ini terjadi karena kurang puasnya Belanda terhadap kesepakatan atas Perjanjian Renville.
Padahal tujuan awal adanya Perjanjian Renville adalah untuk menyelesaikan konflik akibat Agresi Militer Belanda I.
Isi Perjanjian Renville secara garis besar adalah untuk membagi kekuasaan Indonesia dan Belanda.
Akan tetapi, Belanda membelot karena tidak ingin kekuasaannya terbagi.
Belanda ingin berkuasa penuh terhadap seluruh wilayah Indonesia tanpa dibagi-bagi.
Indonesia tidak tinggal diam, Panglima TNI Jenderal Soedirman langsung melakukan siaran perintah kilat melalui radio.
Baca Juga: Latar Belakang Perjanjian Renville dan Isinya
Tujuannya untuk melawan musuh dengan melaksanakan perang rakyat semesta.
Perang rakyat semesta adalah para pasukan yang hijrah dengan cara turun ke jalan atau long march ke wilayah masing-masing dan membentuk kekuatan.
Lalu, Presiden Soekarno dan para tokoh nasional lainnya diminta untuk mengungsi dari Yogyakarta dan ikut bergabung bersama para pasukan gerilya.
Akan tetapi, mereka menolak mengungsi dan tetap memilih untuk tidak meninggalkan Yogyakarta setelah melakukan rapat kabinet.
Soekarno bahkan memberikan mandat kepada Syafrudin Prawiranegara sebagai Menteri Kemakmuran untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukittinggi, Sumatra Barat.
Agresi Militer Belanda II termasuk sebagai salah satu pertempuran besar yang pernah terjadi di Indonesia pascakemerdekaan.
Bahkan pertempuran ini sampai terdengar di dunia internasional.
"Ketidakpuasan terhadap Perjanjian Renville menjadi latar belakang munculnya Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta."
Berbagai dampak yang diakibatkan oleh Agresi Militer Belanda II di antaranya, yaitu:
1. Belanda mendapatkan kecaman dari dunia internasional karena penyerangan terhadap Indonesia.
2. Terbentuknya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia atau PDRI di Bukittinggi, Sumatra Barat untuk membuktikan kuatnya kekuasaan Indonesia.
Baca Juga: Proses Pengakuan Kedaulatan Indonesia
3. Jatuhnya korban jiwa dari pihak TNI sebanyak 128 pasukan karena serangan di bandara Maguwo.
4. Dikuasainya ibu kota sementara Indonesia, yaitu Yogyakarta oleh Belanda.
5. Penghancuran bangunan-bangunan penting di Yogyakarta oleh Belanda.
6. Perlawanan secara gerilya dilakukan di luar wilayah Yogyakarta, yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur yang dipimpin langsung oleh Jenderal Soedirman.
"Salah satu dampak Agresi Militer Belanda II adalah berhasil dikuasainya ibu kota sementara Indonesia, yaitu Yogyakarta oleh Belada."
Itulah latar belakang dan dampak dari Agresi Militer Belanda yang terjadi pada 8 Desember 1947 sampai 19 Januari 1948.
Coba Jawab! |
Kapan Agresi Militer Belanda II terjadi? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
---
Sumber: Buku Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 2 Edisi Revisi 2017 karya Sardiman AM, dkk.
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR