adjar.id - Adaptasi bencana penting dilakukan bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana.
Adaptasi bencana adalah berbagai upaya manusia untuk bertahan hidup dengan cara melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya.
Upaya yang dilakukan oleh masyarakat ini merupakan respons atas bencana yang sudah pernah terjadi sebelumnya.
Pola adaptasi ini bisa muncul dalam berbagai bentuk yang bisa dilihat saat manusia mulai mengubah perilakunya sesuai kondisi lingkungan sekitar, Adjarian.
Hal ini juga berarti manusia dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan keinginan mereka sendiri.
Nah, setiap bencana dan kondisi masyarakat yang berbeda akan membuat adanya bentuk adaptasi yang berbeda juga.
Adaptasi bencana perlu dilakukan karena Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana.
Kemampuan beradaptasi yang dimiliki masyarakat ditentukan berdasarkan struktur pengambilan keputusan, kapasitas, dan ketersediaan teknologi.
O iya, adaptasi bencana terhadap kekeringan dan kebakaran hutan juga berbeda, lo.
Yuk, simak penjelasannya berikut!
"Adaptasi bencana dilakukan masyarakat untuk bertahan hidup dengan melakukan penyesuaian terhadap lingkungan."
Baca Juga: 5 Bentuk Adaptasi Bencana terhadap Banjir Rob, Materi Geografi Kelas 11 Kurikulum Merdeka
Bencana kekeringan berkaitan dengan ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, kegiatan ekonomi, pertanian, dan lingkungan.
Beberapa adaptasi untuk menghadapi bencana kekeringan yang bisa dilakukan antara lain:
1. Meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai atau DAS sebagai daerah resapan.
2. Membangun, mengelola, dan merehabilitasi bendungan, dam, waduk, dan resevoir kapasitas besar debit musiman.
3. Mengembangkan teknologi irigasi baru untuk intensifikasi pertanian.
4. Menyelenggarakan program kampanye hemat air.
"Meningkatkan daya dukung DAS sebagai daerah resapan merupakan salah satu bentuk adaptasi bencana kekeringan."
Setiap masyarakat mempunyai adaptasi sendiri dalam menghadapi sebuah bencana, Adjarian.
Salah satunya adaptasi bencana yang dilakukan masyarakat daerah rawan bencana kebakaran hutan dan lahan di Desa Sungai Tohor, Kabupaten Kepulauan Meranti.
Berikut bentuk adaptasi yang dilakukan:
1. Adaptasi fisik, yaitu dengan membuat sekat kanal dan embung di lahan sebagai cadangan menampung air untuk kebun dan saat terjadi kebakaran.
Baca Juga: 5 Bentuk Adaptasi Bencana terhadap Bencana Banjir, Materi Geografi Kelas 11 Kurikulum Merdeka
2. Adaptasi ekonomi, masyarakat mengerjakan beberapa pekerjaan untuk sumber pendapatan sebagai buruh potong, petani, dan burung angkut tual sagu.
3. Adaptasi struktural, masyarakat mengupayakan berbagai aktivitas ramah lingkungan gambut dan melakukan kerja sama dengan pemerintah serta kelembagaan desa.
4. Adaptasi kultural, yaitu masyarakat menghindari kebiasaan membuka lahan dengan memerun (budaya dari masyarakat Desa Sungai Tohor).
"Adaptasi bencana kebakaran hutan dapat dilakukan baik secara fisik, ekonomi, struktural, maupun kultural."
Nah, itulah beberapa bentuk adaptasi bencana terhadap kekeringan dan kebakaran hutan.
Coba Jawab! |
Mengapa adaptasi bencana penting dilakukan masyarakat? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
---
Sumber: Buku Geografi untuk SMA Kelas 11 karya Budi Handoyo.
Yuk, tonton juga video berikut ini!
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR