adjar.id - Manajemen konflik sering digunakan sebagai bentuk pendekatan dalam menangani suatu konflik.
Manajemen konflik diperlukan agar peningkatan atau perluasan konflik tidak terjadi lebih lanjut.
Artinya, manajemen konflik tidak selalu bertujuan mengatasi masalah yang mengakar dalam jangka waktu panjang.
Manajemen konflik lebih menekankan pada kemampuan untuk mengendalikan intensitas konflik, dampak, dan efeknya melalui berbagai metode yang digunakan.
O iya, konflik merupakan kondisi saat dua orang atau kelompok berbeda pandangan, kepercayaan, keinginan, dan kepentingan.
Pada konflik ini, dua orang atau kelompok yang berupaya untuk saling menyingkirkan satu sama lain.
Hal ini dilakukan dengan membuat seseorang atau kelompok lain merasa tidak berdaya atau bahkan dilakukan dengan menghancurkan orang atau kelompok lain.
Konflik ini umumnya timbul dari adanya perbedaan di dalam kehidupan sehari-hari, seperti perbedaan fisik, budaya, kepentingan, nilai, kebutuhan, dan sebagainya.
Perbedaan ini bisa lebih memuncak menjadi konflik ketika sistem sosial masyarakat tidak bisa mengakomodasikan perbedaan di dalam masyarakat.
Nah, ada beberapa bentuk manajemen konflik, Adjarian.
"Konflik merupakan proses sosial di antara dua orang atau kelompok yang saling menyingkirkan satu sama lain."
Baca Juga: Jawab Soal Contoh Konflik Sosial dan Jenisnya, Materi Sosiologi Kelas 11 Kurikulum Merdeka
Manajemen konflik memiliki bentuk yang berbasis hak atau kepentingan.
Manajemen konflik berbasis hak lebih menekankan pada mekanisme formal.
Lembaga-lembaga berwenang dipilih untuk menegakkan keadilan sesuai aturan atau hukum yang berlaku.
Sementara itu, manajemen konflik yang berbasis kepentingan lebih fokus pada penyelesaian masalah melalui jalur informal.
Para pihak menghormati kepentingan satu sama lain, berkomunikasi, berkolaborasi, dan kooperatif dalam menentukan solusi masalah yang dihadapi.
Bentuk manajemen konflik, yaitu:
1. Dialog
Dialog sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan konflik karena melalui proses tersebut antarpihak dapat melakukan refleksi secara kritis.
Refleksi ini mengajak antarpihak memikirkan kembali mengenai adanya perbedaan, harapan hidup bersama, dan sikap konformitas dalam masyarakat.
Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan kesepakatan atau konsensus bersama.
2. Pertemuan
Baca Juga: Dampak Negatif Konflik Sosial Menurut Soerjono Soekanto
Mengadakan pertemuan atau convening merupakan keterlibatan pihak ketiga yang netral untuk membantu mencari penyebab konflik.
Selain itu, orang ketika juga membantu pihak yang bertikai dalam mempertimbangkan cara terbaik dalam penanganan konflik.
Pihak ketiga dapat juga mengajak pihak-pihak yang berkonflik untuk berpartisipasi dalam proses penyelesaian sengketa.
Caranya dengan memberikan pengarahan tentang proses yang dipilih nantinya.
3. Negosiasi
Negosiasi adalah kesepakatan yang dilakukan antarpihak yang bertikai untuk bertemu dan bertatap muka melakukan perundingan.
Perundingan ini bersifat saling menguntungkan bagi kedua belah pihak yang berkonflik.
4. Mediasi
Mediasi merupakan upaya penyelesaian konflik oleh pihak ketiga.
Pihak ketiga ini cenderung lebih aktif dalam proses mediasi dengan mengarahkan pihak yang terlibat konflik untuk menemukan titik terang.
5. Arbitrase
Baca Juga: Dampak Positif dan Negatif Terjadinya Konflik
Arbitrase merupakan penyelesaian konflik yang bersifat formal yang melibatkan pihak ketiga untuk menyelesaikan konflik.
Perbedaannya dengan mediasi adalah metode ini mengharuskan pihak yang berkonflik untuk menerima keputusan dari pihak ketiga.
6. Ajudikasi
Ajudikasi merupakan penyelesaian konflik sosial dengan melibatkan pihak ketiga yang berwenang penuh memberikan putusan dalam menyelesaikan konflik.
"Bentuk manajemen konflik ialah dialog, pertemuan, negosiasi, mediasi, arbitrase, dan ajudikasi."
Itulah beberapa bentuk manajemen konflik untuk menyelesaikan konflik, Adjarian.
Coba Jawab! |
Apa yang dimaksud dengan negosiasi? |
Petunjuk: Cek halaman 3. |
Tonton video berikut ini juga, yuk!
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR