Manajemen konflik memiliki bentuk yang berbasis hak atau kepentingan.
Manajemen konflik berbasis hak lebih menekankan pada mekanisme formal.
Lembaga-lembaga berwenang dipilih untuk menegakkan keadilan sesuai aturan atau hukum yang berlaku.
Sementara itu, manajemen konflik yang berbasis kepentingan lebih fokus pada penyelesaian masalah melalui jalur informal.
Para pihak menghormati kepentingan satu sama lain, berkomunikasi, berkolaborasi, dan kooperatif dalam menentukan solusi masalah yang dihadapi.
Bentuk manajemen konflik, yaitu:
1. Dialog
Dialog sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan konflik karena melalui proses tersebut antarpihak dapat melakukan refleksi secara kritis.
Refleksi ini mengajak antarpihak memikirkan kembali mengenai adanya perbedaan, harapan hidup bersama, dan sikap konformitas dalam masyarakat.
Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan kesepakatan atau konsensus bersama.
2. Pertemuan
Baca Juga: Dampak Negatif Konflik Sosial Menurut Soerjono Soekanto
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR