adjar.id - Banyak dari kita yang dihebohkan dengan datangnya fenomena solstis.
Pasalnya, narasi yang tersebar di media sosial menyebutkan bahwa kita tidak boleh keluar dari rumah akibat fenomena solstis.
Adapun tanggal terjadinya fenomena solstis adalah pada 21 Desember 2022.
Nah, Adjarian, ternyata kabar tersebut tidak benar, lo.
Fenomena solstis adalah fenomena langit biasa yang tidak berbahaya bagi kelangsungan aktivitas manusia.
Bahkan, fenomena ini kita alami sebanyak dua kali dalam kurun waktu setahun.
Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan solstis?
Simak penjelasannya di bawah ini, yuk!
Apa Itu Fenomena Solstis?
Fenomena solstis adalah gerak semu tahunan matahari yang mencapai posisi di atas garis balik selatan.
Jika disimpulkan, solstis adalah adalah titik balik matahari, Adjarian.
Baca Juga: Apa Perbedaan Matahari dan Bulan?
Seperti yang kita singgung sebelumnya, solstis adalah fenomena astronomis biasa, tidak ada larangan bagi kita untuk keluar rumah.
Hal ini diungkapkan langsung oleh Andi Pangerang, Peneliti di Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Naisonal (BRIN), seperti dilansir dari Kompas.com pada Senin (19/12/2022).
Lalu, bagaimana fenomena ini bisa terjadi?
Menurut Andi, solstis terjadi karena sumbu rotasi bumi berposisi miring sebesar sebesar 23,5 derajat terhadap poros kutub utara dan selatan langit.
Bukan hanya sekali saja, ternyata fenomena ini terjadi dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Juni dan Desember.
Pada bulan Juni, kutub utara dan belahan bumi utara condong ke arah matahari.
Sementara itu, pada bulan Desember, kutub selatan dan belahan bumi selatan lebih condong ke arah matahari.
O iya, fenomena ini juga memengaruhi posisi terbit dan terbenamnya matahari, Adjarian.
Saat fenomena ini terjadi, matahari terbit dari arah tenggara dan terbenam di arah barat daya.
Apa Dampak Fenomena Solstis?
Solstis akan berdampak pada lamanya durasi siang dan malam di bumi.
Baca Juga: Mengenal 4 Jenis Gerhana Matahari, Salah Satunya Gerhana Matahari Sebagian
Solstis yang terjadi pada bulan Desember ini menyebabkan belahan bumi bagian selatan mengalami durasi siang lebih panjang dibanding malam.
Di Indonesia sendiri pada belahan bumi bagian selatan, seperti Pulau Rote dan Pulau Timor, durasi siang menjadi lebih panjang daripada biasanya, yaitu menjadi 12,7 jam.
Sementara itu, di belahan Indonesia bagian utara, seperti Sabang, Miangas, dan Tarakan, durasi siangnya hanya berlangsung sekitar 11,5 jam.
O iya, fenomena solstis ini juga menjadi pertanda pergantian musim di negara-negara subtropis.
Di belahan bumi utara, solstis menjadi pertanda dimulainya musim dingin, sementara di belahan bumi selatan, solstis pertanda dimulainya musim panas.
Nah, itulah penjelasan tentang fenomena solstis, Adjarian.
Coba Jawab! |
Apa itu fenomena solstis? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
Simak video berikut ini, yuk!
Penulis | : | Jestica Anna |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR