Rahayu.
lbu dan Bapak guru sebangsa dan setanah air,
Tiga tahun yang lalu, kami melepas jangkar dan membentangkan layar kapal besar bemama Merdeka Belajar.
Ribuan pulau dari Sabang hingga Merauke sudah kita lewati, laut dengan ombak tinggi dan angin kencang sudah kita hadapi.
Ketangguhan ini didorong oleh kemauan kita untuk berubah, meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama yang tidak lagi sesuai dengan tantangan dan kebutuhan zaman.
Hal ini juga didorong oleh semangat kita untuk terus memperbaiki, menciptakan perubahan dan kebaruan yang membawa kita melompat ke masa depan.
Mungkin di antara kita sampai hari ini masih ada yang ragu untuk melakukan perubahan dalam proses pembelajaran di kelas atau dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin satuan pendidikan.
Memang, pada dasarnya tidak ada perubahan yang membuat kita nyaman. Jika masih nyaman, artinya kita tidak berubah.
Sebenarnya, bukan hanya guru yang terus didorong untuk berubah. Kami di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) juga memacu diri untuk mengubah, mengubah cara pandang dan cara kerja kami dalam memberikan layanan terbaik bagi pendidik dan peserta didik.
Platform Merdeka Mengajar yang kami luncurkan pada awal tahun ini, sepenuhnya kami rancang untuk memenuhi kebutuhan guru akan ruang untuk belajar, berkarya, dan berkolaborasi.
Platform tersebut kami buat berdasarkan kebutuhan yang ada di lapangan, bukan berdasarkan keinginan kami. Ini adalah perubahan besar cara kerja pemerintahan dalam melayani masyarakat.
Baca Juga: Perbedaan Hari Guru Nasional dan Hari Guru Sedunia
Penulis | : | Jestica Anna |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR