adjar.id - Ada soal yang meminta kita untuk menganalisis jenis citraan dalam penggalan puisi, Adjarian.
Soal tersebut terdapat pada buku Kurikulum Merdeka Bahasa Indonesia kelas X, Bab 6, halaman 165-167.
Ada sepuluh puisi yang harus kita temukan jenis citraan dan efeknya bagi pembaca.
Pengimajian atau citraan merupakan kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan efek khayalan atau imajinasi pada diri pembacanya.
Dengan adanya citraan ini, pembaca seolah-olah bisa ikut merasakan apa yang ditulis oleh penulis.
Berikut pembahasan soal tersebut yang bisa Adjarian jadikan sebagai referensi.
Simak, yuk!
Bacalah dengan saksama kutipan teks puisi tersebut, kemudian tentukan jenis citraan dan efeknya bagi pembaca.
Tabel 6.5 Isian jenis citraan dalam puisi
1. Kutipan Puisi:
Kebun Hujan
Baca Juga: Jawab Soal Telaah Majas dalam Puisi 'Padamu Jua', Bahasa Indonesia Kelas X Bab 6 Kurikulum Merdeka
Subuh hari kulihat bunga-bunga hujan dan daun-daun hujan/
berguguran di kebun hujan, bertaburan jadi sampah hujan.
(Joko Pinurbo, Antologi Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung, 2007)
Jenis Citraan: Penglihatan
Efek bagi Pembaca: Pembaca seolah-olah ikut melihat
2. Kutipan Puisi:
Asmarandana
Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa/ hujan dari daun,/
karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda/ serta langkah
(Goenawan Muhammad, Antologi Asmaradana, 1992)
Jenis Citraan: Pendengaran
Baca Juga: Langkah-Langkah Menemukan Makna Puisi
Efek bagi Pembaca: Pembaca seolah-olah ikut mendengar
3. Kutipan Puisi:
Pemandangan Senjakala
Kelelawar-kelelawar raksasa datang dari langit kelabu tua/
Bau mesiu di udara, Bau mayat. Bau kotoran kuda
(WS. Rendra, Antologi Blues untuk Bonnie, 2008)
Jenis Citraan: Pendengaran
Efek bagi Pembaca: Pembaca seolah-olah ikut mendengar
4. Kutipan Puisi:
Di Sisimu
Dekaplah aku meski bukan/ untuk yang terakhir kali.
Baca Juga: Komponen-Komponen Penting dalam Puisi
Angin terasa dingin/di batin.
(Soni Farid Maulana, Antologi Angsana, 2007)
Jenis Citraan: Perabaan
Efek bagi Pembaca: Pembaca seolah-olah ikut meraba
5. Kutipan Puisi:
Diponegoro
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Baca Juga: Jenis-Jenis Puisi
Terjang
(Chairil Anwar, Antologi Aku Ini Binatang Jalang, 1993)
Jenis Citraan: Gerakan
Efek bagi Pembaca: Pembaca seolah-olah ikut bergerak
6. Kutipan Puisi:
Pembicaraan
yang ada hanya sorga. Neraka
adalah rasa pahit di mulut
waktu bangun pagi
(Soebagio Sastrowardojo, Antologi Daerah Perbatasan, 1982)
Jenis Citraan: Pengecapan
Baca Juga: Contoh Puisi tentang Bencana Alam Gempa Bumi
Efek bagi Pembaca: Pembaca seolah-olah ikut mengecap
7. Kutipan Puisi:
Kebun Hujan
Aku terbangun dari rerimbun ranjang, menyaksikan angin/
dan dingin hujan bercinta-cintaan di bawah rerindang hujan.
(Joko Pinurbo, Antologi Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung, 2007)
Jenis Citraan: Penglihatan
Efek bagi Pembaca: Pembaca seolah-olah ikut melihat
8. Kutipan Puisi:
Di Tengah Jalan
Sayup-sayup terdengar suara kereta penghabisan/
Baca Juga: Jenis-Jenis Puisi Baru dan Ciri-cirinya dalam Bahasa Indonesia
Gerbong-gerbong dikosongkan tinggal muatan kematian/
Di tengah jalan terdengar lolongan bersahutan.
(Leon Agusta, Antologi Gendang Pengembara, 2012)
Jenis Citraan: Pendengaran
Efek bagi Pembaca: Pembaca seolah-olah ikut mendengar
9. Kutipan Puisi:
Catatan Kaki Sehabis Demonstrasi
aku melihat diam
tak seorang saja
tapi satu bangsa
kulihat batu
Baca Juga: Aspek-Aspek yang Harus Diperhatikan dalam Pembacaan Puisi
padahal manusia
menunggu waktu
(Radhar Panca Dahana, Antologi Lalu Waktu. 1994)
Jenis Citraan: Penglihatan
Efek bagi Pembaca: Pembaca seolah-olah ikut melihat
10. Kutipan Puisi:
Suara Terompet Akhir Tahun
di ujung malam sedingin
es dalam kulkas;
apa yang kau harap
dari suara
Baca Juga: Mengenal Puisi, Unsur Pembentuk Puisi, dan Struktur Batin Puisi
terompet akhir tahun?
(Soni Farid Maulana, Antologi Selepas Kata, 2004)
Jenis Citraan: Perabaan
Efek bagi Pembaca: Pembaca seolah-olah ikut meraba
Nah, itulah pembahasan soal jenis citraan dalam puisi, salah satu soal buku Bahasa Indonesia kelas X, Adjarian.
Penulis | : | Aldita Prafitasari |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR