adjar.id - Ada yang pernah mendengar istilah upacara tedak siten?
Bagi yang berasal dari Jawa, pasti sudah tidak asing lagi dengan upacara tedak siten.
Bahkan mungkin sebagian dari Adjarian pernah mengikuti prosesi upacara tedak siten pada saat masih bayi.
Yap, tedak siten merupakan tradisi yang dilaksanakan saat bayi masih berusia tujuh hingga delapan bulan.
Tradisi satu ini khas dengan kurungan ayamnya.
Bukan untuk adu ayam atau pameran ayam, kurung ayam berfungsi untuk menjalankan salah satu ritual pada tedak siten.
O iya, tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu, diturunkan dari generasi ke generasi.
Tak hanya sekadar ritual saja, upacara ini juga berfungsi sebagai bentuk rasa syukur terhadap Tuhan dan bumi tempat kita berpijak.
Apa Itu Upacara Tedak Siten?
Dalam adat masyarakat Jawa, kata "tedak" berarti 'turun', sementara "siten" memiliki arti 'tanah'.
Sehingga, jika digabungkan, istilah "tedak siten" juga bisa disebut sebagai upacara turun tanah.
Baca Juga: 5 Contoh Keberagaman Upacara Adat di Berbagai Daerah di Indonesia
Tradisi satu ini dilaksanakan saat bayi berusia tujuh bulan kalender Jawa.
Satu bulan kalender Jawa berjumlah 36 hari, sehingga tujuh bulan kalender Jawa setara dengan delapan bulan kalender Masehi.
Di usia ini, anak mulai bisa berdiri merambat dengan memegang benda-benda di sekitarnya.
Nah, tradisi ini bertujuan sebagai bentuk penghormatan kepada bumi, di mana bayi mulai menginjakkan kakinya ke tanah.
Selain itu, tradisi tedak siten juga bertujuan untuk mendoakan sang anak, suapaya bisa menjadi pribadi yang mandiri dan sukses di masa depan.
Tak heran bila banyak orang tua dan sesepuh yang ikut mendoakan pada tradisi ini.
Prosesi Tedak Siten
Prosesi tedak siten dimulai dari penyusunan jadah, makanan yang terbuat dari beras ketan dicampur parutan kelapa, yang diberi pewarna hitam, kuning, biru, jingga, dan ungu.
Lalu, ada juga prosesi pemotongan tumpeng dengan berbagai macam sayur sebagai simbol kesejahteraan anak.
Setelah pemotongan tumpeng, kaki sang anak akan ditepakkan di atas jadah tadi, mulai dari jadah berwarna hitam ke putih.
Itu menjadi simbol seberat apapun masalah di masa depan kelak, akan tetap menemukan jalan keluarnya.
Baca Juga: Memahami Makna Gugur Gunung, Tradisi Gotong Royong yang Hampir Hilang
Tak lupa prosesi menapakkan kaki anak ke atas tangga tradisional yang dihias dengan kertas warna-warni.
Ritual ini menyimbolkan agar bayi memiliki sifat ksatria seperti tokoh Arjuna dalam pewayangan.
Satu hal yang tidak boleh terlewatkan adalah memasukkan anak ke dalam kurungan ayam yang sudah dihias.
Di dalamnya terdapat berbagai macam pilihan mainan, seperti mobil-mobilan, cermin, pensil, stetoskop, dan lain sebagainya.
Lalu, anak akan dibiarkan mengambil mainan yang diinginkannya, barang yang dipilih tersebut adalah gambaran hobi di masa depannya nanti.
Nah, itulah yang dimaksud dengan tradisi tedak siten yang ada di tengah-tengah masyarakat Jawa.
Coba Jawab! |
Tradisi tedak siten diperuntukkan bagi bayi yang berusia... |
Petunjuk: Cek halaman 2. |
Penulis | : | Jestica Anna |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR