adjar.id - Seperti apa penamaan bulan, hari, hingga pasaran yang digunakan pada penanggalan Jawa?
Bagi Adjarian yang tinggal di Jawa, mungkin sudah tidak asing penamaan bulan, hari, dan pasaran.
Yap, masyarakat Jawa memang memiliki penamaan sendiri untuk bulan, hari, hingga pasarannya.
Penamaan ini tentunya memiliki nilai filosofis yang tinggi.
Pada mulanya, masyarakat jawa menggunakan dua kalender, yakni kalender Jawa dan Masehi.
Kalender Jawa diadaptasi dari kalender Saka di India yang perhitungannya berdasarkan pergerakan matahari.
Namun, kalender Masehi pun tetap digunakan untuk menyesuaikan hari-hari besar masyarakat umum.
Seiring dengan berjalannya waktu, Sultan Agung, Raja ketiga Kesultanan Mataram, menghendaki agar kedua jenis kalender itu digabungkan, hingga terciptalah kalender Jawa yang disebut kalender Sultan Agungan.
Sistem penanggalan ini cukup menarik, karena menggabungkan sistem penanggalan Islam, Saka (Hindu), dan Barat.
Sehingga, tetap memegang teguh kebudayaan, tapi tak lekang oleh zaman.
Yuk, coba kita simak penamaan bulan, hari, dan pasaran dalam penanggalan Jawa di bawah ini!
Baca Juga: Bagaimana Asal-usul Sistem Penanggalan Kalender Jawa?
Penulis | : | Jestica Anna |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR