adjar.id - Teks hikayat merupakan dongeng yang dituliskan dalam bahasa Melayu, Adjarian.
Teks ini mengisahkan atau menceritakan seputar kemustahilan dan kesakitan tokohnya.
Bagi yang tidak familiar dengan bahasa Melayu, teks hikayat akan lebih sulit untuk dipahami.
Nah, kali ini kita diminta untuk mengubah potongan teks hikayat menjadi bahasa cerpen.
Bahasa cerpen ditulis menggunakan bahasa Indonesia yang mudah dimengerti.
Potongan teks hikayat tersebut diambil dari teks yang berjudul "Hikayat si Miskin".
Teks hikayat tersebut terdapat pada buku Kurikulum Merdeka Bahasa Indonesia kelas X.
Untuk soalnya, terdapat pada halaman 73, Bab III, materi "Menyusuri Nilai dalam Cerita Lintas Zaman".
Nah, berikut pembahasan soal mengubah teks hikayat "Hikayat si Miskin" menjadi bahasa cerpen yang lebih populer.
Yuk, simak!
Ubahlah kutipan "Hikayat si Miskin" ini menjadi bahasa cerpen yang lebih populer.
Baca Juga: Jawab Soal Teks 'Hikayat si Miskin' No. 4-5, Buku Bahasa Indonesia Kelas X Bab III Kurikulum Merdeka
Gunakanlah konjungsi urutan waktu dan berbagai majas untuk mengembangkannya.
Kutipan Teks "Hikayat Si Miskin"
Asalnya raja kayangan dan jadi demikian karena disumpahi oleh Batara Indera. Terlantar di negeri antah-berantah dan keduanya sangat dibenci orang.
Setiap kali mengemis di pasar dan kampung, mereka dipukuli dan diusir hingga ke hutan.
Oleh yang demikian, tinggallah dua suami-istri itu di hutan memakan batang kayu dan buah buahan.
Hatta beberapa lamanya maka istri si Miskin itu pun hamillah tiga bulan lamanya.
Maka istrinya menangis hendak makan buah mempelam yang ada di dalam taman raja itu.
Maka suaminya itu pun terketukkan hatinya tatkala ia di Keinderaan menjadi raja tiada ia mau beranak.
Maka sekarang telah mudhorot. Maka baharulah hendak beranak seraya berkata kepada istrinya,
“Ayo, hai Adinda. Tuan hendak membunuh kakandalah rupanya ini. Tiadakah tuan tahu akan hal kita yang sudah lalu itu? Jangankan hendak meminta barang suatu, hampir kepada kampung orang tiada boleh.”
Mengubah Kutipan Teks Hikayat Menjadi Bahasa Cerpen
Pada zaman dahulu hiduplah seorang raja dan ratu dari kayangan yang mendapat hukuman dari Batara Indera.
Mereka dibuang ke negeri antah-berantah menjadi orang miskin.
Tidak ada satu pun orang di negeri itu yang menyukainya.
Setiap kali mereka mengemis di pasar dan perkampungan, mereka dipukuli dan diusir hingga mereka pun pergi ke hutan.
Di hutan, mereka hidup dengan memakan dedaunan, buah-buahan, bahkan kayu-kayu.
Beberapa lama kemudian, sang istri pun hamil.
Saat kandungannya berusia tiga bulan ia menangis dan meminta kepada suaminya untuk mengambilkan buah mempelam yang tumbuh di taman istana kerajaan.
Si Miskin pun terketuk hatinya karena ia sudah lama menanti kehadiran seorang anak. Namun, ia bingung karena hal itu sepertinya tidak mungkin ia lakukan.
“Bagaimana mungkin aku dapat mendapatkannya, istriku? Mengemis sedikit saja, kita sudah diusir,” kata si Miskin kepada istrinya yang masih merengek seperti anak kecil.
Nah, itulah pembahasan soal mengubah kutipan "Hikayat si Miskin" menjadi bahasa cerpen yang populer.
Penulis | : | Aldita Prafitasari |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR