Pada zaman dahulu hiduplah seorang raja dan ratu dari kayangan yang mendapat hukuman dari Batara Indera.
Mereka dibuang ke negeri antah-berantah menjadi orang miskin.
Tidak ada satu pun orang di negeri itu yang menyukainya.
Setiap kali mereka mengemis di pasar dan perkampungan, mereka dipukuli dan diusir hingga mereka pun pergi ke hutan.
Di hutan, mereka hidup dengan memakan dedaunan, buah-buahan, bahkan kayu-kayu.
Beberapa lama kemudian, sang istri pun hamil.
Saat kandungannya berusia tiga bulan ia menangis dan meminta kepada suaminya untuk mengambilkan buah mempelam yang tumbuh di taman istana kerajaan.
Si Miskin pun terketuk hatinya karena ia sudah lama menanti kehadiran seorang anak. Namun, ia bingung karena hal itu sepertinya tidak mungkin ia lakukan.
“Bagaimana mungkin aku dapat mendapatkannya, istriku? Mengemis sedikit saja, kita sudah diusir,” kata si Miskin kepada istrinya yang masih merengek seperti anak kecil.
Nah, itulah pembahasan soal mengubah kutipan "Hikayat si Miskin" menjadi bahasa cerpen yang populer.
Penulis | : | Aldita Prafitasari |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR