adjar.id - Meskipun sudah dirumuskan dan ditetapkan sebagai dasar negara, Pancasila masih mengalami gejolak pada awal kemerdekaan Indonesia.
Yap! Gejolak penerapan Pancasila di awal kemerdekaan bukan lagi berasal dari kolonial, justru berasal dari dalam negeri.
Adanya gejolak penerapan Pancasila di awal kemerdekaan bak berperang melawan bangsa sendiri, Adjarian.
Bagaimana tidak, gerakan separatisme muncul bertujuan untuk memecah belah bangsa.
Bukan hanya itu saja, masih ada gerakan lain yang muncul, berusaha untuk menggeser ideologi Pancasila.
Padahal, pada saat perumusan Pancasila, para tokoh sudah mempertimbangkan sebaik mungkin, supaya bisa adil dan menjunjung harkat martabat seluruh bangsa Indonesia.
Nah, kali ini kita akan membahas penerapan Pancasila pada masa awal kemerdekaan, mulai tahun 1945 hingga 1959.
Materi ini dibahas pada bab awal mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas IX.
Adjarian bisa menyimaknya di dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila, mulai halaman 3.
Langsung saja kita simak bersama, yuk!
"Tahun 1945 hingga 1959 atau pada masa awal kemerdekaan Indonesia terjadi gejolak penerapan Pancasila."
Baca Juga: Penerapan Pancasila dari Masa ke Masa
Masa Awal Kemerdekaan (1945-1959)
Pada periode ini, terdapat berbagai gejolak permasalahan dalam penerapan Pancasila, Adjarian.
1. Pemberontakan PKI Madiun 18 September 1948
Pemberontakan ini bertujuan untuk mendirikan Negara Soviet Indonesia dengan ideologi komunis.
Ini artinya, Pancasila terancam untuk diganti dengan paham komunis.
Pemberontakan yang dipimpin oleh Muso ini pada akhirnya dapat digagalkan.
2. Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia
Pemberontakan ini bermula pada 7 Agustus 1949, ditandai dengan didirikannya Negara Islam Indonesia oleh Kartosuwiryo.
Baca Juga: Dinamika Penerapan Pancasila di Berbagai Era Pemerintahan Indonesia
Inti dari didirikannya NII adalah untuk menggantikan Pancasila dengan syariat Islam.
Meski begitu, gerakan NII sebenarnya sangat bertentangan dengan agama Islam, Adjarian.
Adapun hal yang dilakukan adalah pembongkaran jalan-jalan kereta api, hingga pembakaran rumah-rumah penduduk.
Gerakan ini berhasil digagalkan saat Kartosuwiryo, bersama dengan pengikutnya, berhasil ditangkap.
"Gerakan DI/TII berusaha menggeser Pancasila dengan syariat Islam, sementara penerapannya tidak sesuai dengan Islam sesungguhya."
3. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Pemberontakan Republik Maluku Selatan dipimpin oleh Christian Robert Steven Soumokil pada 25 April 1950.
Baca Juga: Jawab Soal Penerapan Pancasila pada Masa Orde Baru, Orde Lama, dan Reformasi
Tujuan pemberontakan ini adalah mendirikan negara sendiri dan memisahkan diri dengan Indonesia.
Pulau-pulau terbesar dari RMS adalah Seram, Ambon, dan Buru.
Pada akhirnya, pemberontakan ini berhasil dikalahkan oleh militer Indonesia pada 1950 dan berhasil dituntaskan 1963.
4. Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)
Pemerintah Revolusioner Indonesia dipimpin oleh Sjarifuddin Prawiranegara dan Ventje pada 1957-1958 di Sumatra dan Sulawesi.
Gerakan ini adalah gerakan yang dibentuk untuk koreksi pemerintahan pusat yang pada saat itu sudah dianggap sentralis.
Pemerintah pusat dianggap melanggar undang-undang, hingga pembangunan di daerah menjadi terabaikan.
"Republik Maluku Selatan (RMS) berusaha memisahkan diri dari Indonesia."
Baca Juga: Jawab Soal Bagaimana Penerapan Pancasila sebagai Dasar Negara pada Masa Awal Kemerdekaan?
5. Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
Angkatan Perang Ratu Adil didirikan oleh Kapten KNIL Raymond Westerling yang dianggap sebagai "Ratu Adil", pada 15 Januari 1949.
Tujuan gerakan APRA adalah untuk mempertahankan bentuk negara federal di Indonesia.
APRA sempat melakukan pemberontakan di Bandung dan menguasai Staf Divisi Siliwangi.
Pada 17 Agustus 1950, Republik Indonesia Serikat dibubarkan dan kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Nah, itulah gambaran mengenai penerapan Pancasila pada masa awal kemerdekaan, Adjarian.
Coba Jawab! |
Siapa yang memprakarasai DI/TII? |
Petunjuk: Cek halaman 2. |
Penulis | : | Jestica Anna |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR