adjar.id – Pernahkah Adjarian membuat kalimat langsung yang kemudian diubah menjadi kalimat tidak langsung dalam bahasa Jawa?
Dalam bahasa Jawa, kalimat langsung disebut dengan ukara kandha, sementara kalimat tidak langsung disebut dengan ukara crita.
Kalimat langsung adalah tulisan yang ditulis persis seperti yang dikatakan sang penutur, umumnya dicirikan dengan tanda petik dua.
Sementara kalimat tidak langsung adalah sebuah kalimat yang ditulis kembali tanpa mengubah isinya.
Nah, ketika diucapkan, kalimat tidak langsung cenderung bernada menurun di akhir kalimat.
Untuk mengubah dari kalimat langsung ke kalimat tidak langsung biasanya ditambahkan kata “bahwa” atau “kalau” sebagai penghubung, Adjarian.
Materi ini merupakan materi dasar saat kita mempelajari bahasa Jawa, tak heran jika bapak ibu guru sering meminta kita membuat kalimat langsung, kalimat tidak langsung, atau mengubah keduanya.
Nah, di bawah ini terdapat sembilan contoh mengubah ukara kandha ke ukara crita dalam bahasa Jawap yang bisa dijadikan referensi oleh Adjarian.
Yuk, simak bersama!
Baca Juga: Pengertian Kalimat Perintah Ukara Pakon dalam Bahasa Jawa dan Jenisnya
9 Contoh Ukara Kandha ke Ukara Crita
1. Ukara kandha: Ibu ngendika, “Aku ameh lungo menyang pasar tuku sayur”.
Ukara crita: Ibu ngendhika yen arep tindhak pasar tumbas sayur.
(Ibu berkata bahwa ia akan pergi ke pasar membeli sayur)
2. Ukara kandha: Pak guru ndawuh, “Le, aja lali sesuk nggawa alat tulis lengkap”.
Ukara crita: Pak guru dhawuhi aku nggawa alat tulis lengkap.
(Pak guru menyuruhku membawa alat tulis lengkap.)
3. Ukara kandha: ”Aku ora kenal wong kae,” jarene Lina
Ukara crita: Lina kanda yen awake ora kenal wong kae.
Baca Juga: Ukara Lamba dan Ukara Camboran: Pengertian dan Contoh-contohnya
(Lina berkata kalau dia tidak kenal orang itu.)
4. Ukara kandha: Mbah putri ngendika, “Aja lali sregep sinau!”
Ukara crita: Mbah putri ngendika yen aku kudu sregep sinau.
Ukara crita: Nenek mengingatkanku untuk tidak lupa rajin belajar.
5. Ukara kandha: “Aku ora doyan sayur pare,” ngendikane ibu.
Ukara crita: Ibu ngendika yen mboten kersa sayur pare.
(Ibu berkata bahwa ia tidak suka sayur pare.)
6. Ukara kandha: Bapak Presiden ndhawuhi, “Awake dewe kabeh wajib nganggo masker”.
Ukara crita: Bapak Presiden mdhawuh awake dewe kabeh wajib nganggo masker.
Baca Juga: 13 Contoh Ukara Pakon atau Kalimat Perintah dalam Bahasa Jawa
(Bapak Presiden meminta kita untuk wajib menggunakan masker.)
7. Ukara kandha: ”Koe kudu leren patang dino neng omah,” dhawuh pak dokter.
Ukara crita: Pak dokter ndawuhi aku leren patang dino neng omah.
(Pak dokter menyuruhku untuk istirahat di rumah selama empat hari.)
8. Ukara kandha: Bulik ngendika, “Nduk, tulung pemeane entasana”
Ukara crita: Bulik njaluk tulung aku kon ngentasi pemean.
(Tante meminta tolong aku untuk mengangkat jemuran.)
9. Ukara kandha: Pak polisi ngendika, “Koe kudu patuh aturan lalu lintas!”
Ukara crita: Pak polisi ngendika yen aku kudu patuh aturan lalu lintas.
Baca Juga: Pengertian dan Contoh Ukara Pakon dan Ukara Pitakon Bahasa Jawa
(Pak polisi memintaku untuk mematuhi aturan lalu lintas.)
Nah, itulah sembilan contoh ukara kandha dan ukara crita dalam bahasa Jawa, Adjarian.
Penulis | : | Jestica Anna |
Editor | : | Nabil Adlani |
KOMENTAR