Tembung Rangkep: Pengertian, Jenis-Jenis, dan Contoh-contohnya

Adjarian, tembung rangkep dwilingga wantah merupakan bentuk pengulangan kata dasar yang belum mendapat imbuhan.

Nah, tembung rangkep jenis satu ini masih terbagi menjadi tiga macam lagi, yaitu dwilingga padha swara, dwilingga salin swara, dan dwilingga semu atau murni.

Berikut penjelasannya.

• Dwilingga padha swara: Bentuk rangkep di mana kata dasarnya diucap dua kali, seperti “meja-meja”, “kursi-kursi”, dan “buku-buku”.
• Dwilingga salin swara: Bentuk pengulangan kata dengan mengganti huruf vokalnya. Misalnya, “mloka-mlaku”, “wira-wiri, “mrana-mrene”, dan lain sebagainya.
• Dwilingga semu atau murni: Jenis satu ini merupakan jenis kata ulang asli atau murni. Contohnya, “kupu-kupu”, “onde-onde”, dan “adheng-adheng”.

“Tembung rangkep terbagi menjadi tiga jenis, yaitu tembung rangkep dwilingga, dwipurwa, dan dwiwasana.”

Baca Juga: Tembung Andhahan: Pengertian, Macam-Macam, dan Contoh-contohnya

2. Tembung Rangkep Dwipurwa

Tembung rangkep dwipurwa adalah tembung rangkep yang diulang suku kata awal atau suku kata pertama.

Contohnya:

• Lelumpuk
• Jejupuk
• Leluri
• Dedunung

3. Tembung Rangkep Dwiwasana

Nah, kalau tembung rangkep dwiwasana ini adalah kebalikan dari tembung rangkep dwipurwa, Adjarian.

Baca Juga: Tembung Camboran: Pengertian, Jenis-Jenis, dan Contoh-contohnya

Tembung rangkep satu ini adalah tembung rangkep yang diulang bagian belakang atau akhir suku katanya saja.

Contohnya:

• Cekakak
• Cengenges
• Celuluk
• Cekikik

“Tembung rangkep dwiwasana adalah bentuk pengulangan di akhir suku kata.”

Nah, Adjarian, demikianlah penjelasan dan jenis-jenis tembung rangkep atau kata ulang dalam bahasa Jawa.

Untuk mengasah kemampuan, coba kerjakan soal berikut, yuk!

Baca Juga: Pengertian Tembung Garba Bahasa Jawa dan Contoh-contohnya