adjar.id - Pernahkah Adjarian mendengar tentang Tarian Suling Dewa?
Tarian Suling Dewa adalah seni tari pemanggil hujan khas Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Yap, beberapa daerah di Indonesia memang memiliki tradisi unik berupa ritual memanggil hujan.
Selain Lombok, daerah lain yang memiliki tradisi tersebut di antaranya adalah Purbalingga dengan Tradisi Unjungan dan Cirebon dengan Tari Sintren.
O iya, sejumlah negara di dunia juga memiliki tradisi semacam itu, Adjarian.
Seperti Rocket Festival di Thailand, Teru-Teru Bozu di Jepang, dan Rain Dance di Amerika Serikat.
Nah, yang akan kita bahas kali ini adalah Tarian Suling Dewa.
Seperti apa asal-usul Tarian Suling Dewa?
Yuk, kita cari tahu!
Baca Juga: Daftar Tarian Adat dan Senjata Tradisional dari 34 Provinsi Indonesia
Asal-usul Tarian Suling Dewa
Tarian Suling Dewa lahir ketika Desa Bayan, Lombok Utara, NTB mengalami musim kemarau yang panjang.
Hal itu menyebabkan tidak ada satu tanaman pun yang hidup dan tumbuh. Akibatnya, kehidupan di Bayan pun terganggu.
Bencana kelaparan terjadi di mana-mana karena kurangnya bahan pangan.
Lalu, para tokoh adat atau sesepuh adat Desa Bayan melakukan ritual lewat tarian, yaitu Tarian Suling Dewa.
Tarian tersebut merupakan sarana permohonan doa kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar hujan segera turun.
Nah, Tarian Suling Dewa hanya ditampilkan di musim kemarau untuk memanggil hujan.
Prosesi Tarian Suling Dewa
Prosesi Tarian Suling Dewa dimulai dengan menentukan hari, waktu, dan tempat pelaksanaan yang dianggap baik untuk melangsungkan tarian.
Baca Juga: Keragaman Kesenian Daerah: Tarian dan Lagu-lagu di Indonesia
Kemudian, masyarakat Bayan akan menyiapkan sesaji yang berisi kembang, gula merah, ayam hitam, uang berlubang, piranti beras kuning, dan kapur sirih.
Kapur sirih tersebut menjadi komponen yang paling penting dan dipercaya dapat mendatangkan hujan, Adjarian.
Selanjutnya, ritual dimulai dengan para tokoh adat dan sesepuh membacakan sejumlah mantra untuk memohon izin.
Selesai memohon izin, para penari dan pembawa sesaji akan keluar untuk menarikan Tarian Suling Dewa.
O iya, posisi pembawa sesaji berada di depan para penari.
Mereka bersama-sama akan menundukkan kepala sebagai bentuk penghormatan.
Nah, begitulah asal-usul dan prosesi Tarian Suling Dewa, Adjarian.
Tonton video ini, yuk!
Penulis | : | Atika Mayasari |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR