adjar.id - Pernahkah Adjarian melihat fenomena hujan es?
Hujan es merupakan presipitasi dalam bentuk es yang memilki berbagai ukuran dan bentuk yang tidak beraturan.
Belum lama ini, yaitu pada tanggal 21 Februari 2022 hujan es terjadi di Surabaya, Jawa Timur.
Fenomena hujan es di Indonesia tersebut membuat banyak orang takjub.
Sebab, hujan es bukan merupakan fenomena yang terjadi setiap hari.
Namun, bagi sebagian orang, hujan es merupakan fenomena yang menakutkan.
Sebab, hujan es dalam skala besar dapat menyebabkan kerusakan bangunan, khususnya bagian atap.
Nah, bagaimana proses terjadinya hujan es?
Yuk, kita cari tahu bersama!
Baca Juga: Jenis-Jenis Hujan yang Sering Terjadi, Salah Satunya Hujan Zenital
Proses Terjadinya Hujan Es
Fenomena hujan es sebenarnya merupakan fenomena yang wajar terjadi, apalagi di wilayah tropis seperti Indonesia.
Hujan es umumnya terjadi pada musim peralihan yang disertai dengan hujan lebat, petir, dan angin kencang.
Dalam istilah meteorologi, hujan es disebut juga dengan hail.
Hujan es hanya terjadi dalam waktu kurang dari 1 jam dengan kecepatan rata-rata 170 kilometer/jam.
O iya, hujan es ini dihasilkan oleh awan kumulonimbus, Adjarian.
Awan kumulonimbus adalah awan vertikal menjulang yang sangat tinggi. Ketinggiannya lebih dari 9.000 meter.
Awan komulonimbus memiliki ciri-ciri padat, dan terlibat badai petir serta cuaca dingin.
Suhu pada bagian puncak awan tersebut bisa mencapai -60° Celsius.
Baca Juga: Macam-Macam Awan Penghasil Hujan dan Ciri-cirinya
Suhu tersebut sangat dingin, sehingga bisa membuat uap air membentuk kristal-kristal es, Adjarian.
Jika awan cukup tinggi dan suhu Bumi lebih panas, es tersebut akan turun sebagai hujan air biasa.
Namun, jika ketinggian awan lebih dekat dengan Bumi, maka kristal es tersebut akan jatuh sebagai hujan es.
Ukuran es yang jatuh biasanya 5 sampai 50 milimeter.
Sampai saat ini ukuran hujan es terbesar yang pernah tercatat terjadi di Dakota Selatan, Amerika Serikat dengan ukuran 20,3 centimeter dan berat mencapai 1 kilogram.
O iya, perlu diingat bahwa partikel es yang turun dari langit tidak dianjurkan untuk dikonsumsi, ya!
Hal itu diungkapkan oleh BMKG Juanda. Alasannya, karena kita tidak diketahui polutan apa saja yang terlarut di dalamnya sehingga dapat membahayakan tubuh.
Nah, itulah gambaran tentang proses terjadinya hujan es, Adjarian.
Sekarang sudah tidak penasaran lagi, kan?
Baca Juga: Pengertian dan Dampak Angin Muson, Si Penentu Musim di Indonesia
#AkuBacaAkuTahu
Yuk, tonton vido ini!
Penulis | : | Atika Mayasari |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR