2. Makam
Makam yang berada di tempat-tempat tinggi atau di atas bukit masih menunjukkan kesinambungan tradisi yang mengandung unsur kepercayaan kepada ruh nenek moyang.
Seperti yang terjadi pada zaman sebelum masuknya Islam, di mana dibangun pendirian punden-punden berundak Megalitik.
Tradisi tersebut dilanjutkan pada masa kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia yang diwujudkan dalam bentuk bangunan candi.
“Setelah kebudayaan Hindu-Buddha mengalami keruntuhan unsur seni bangunan keagamaan masuh diteruskan hingga perkembangan Islam melalui akulturasi.”
Baca Juga: Teori-Teori Masuknya Islam ke Indonesia
Makam-makam yang lokasinya di atas bukit, makam yang paling atas adalah yang dianggap paling terhormat, misalnya Sunan Gunung Jati di gunung Sembung.
Selain bangunan makam, terdapat juga tradisi pemakaman yang sebenarnya bukan berasal dari ajaran Islam.
Misalnya pada hari ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, dan setelahnya diadakan selamatan yang merupakan bentuk akulturasi dari kebudayaan sebelum Islam berkembang.
Akan tetapi, doa yang dipanjatkan tetap dilakukan secara Islam yang menunjukkan adanya proses akulturasi kebudayaan, Adjarian.
Nah, itulah Adjarian, jenis seni bangunan hasil akulturasi pada masa perkembangan Islam di Indonesia.
Yuk, sekarang jawab pertanyaan berikut ini!
Pertanyaan |
Apa saja ciri-ciri bangunan masjid kuno di Indonesia? |
Petunjuk: Cek halaman 3. |
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | Aisha Amira |
KOMENTAR