Melalui baris pertama lirik tersebut, sang pencipta lagu ingin memberikan petuah atau nasihat kepada seseorang, nasihat tersebut berkaitan dengan pegangan hidup di dunia.
Mengapa sang pencipta lagu mengasosiasikan seseorang dengan gajah? Nah, penjelasannya terdapat di baris-baris berikutnya.
Baca Juga: Apa yang Dimaksud dengan Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan?
Meski memiliki mata yang kecil, kita harus tetap dapat melihat hal-hal yang benar (terang).
Hal benar ini disimbolkan dengan laron, meskipun kecil tetapi mampu hidup mengelilingi tempat yang terang.
Kuping gedhe atau telinga besar bermakna bahwa kita harus mampu memilah, memilih, dan membedakan sesuatu yang benar dan sesuatu yang salah.
Kata “cilik” atau kecil di sini berarti manusia yang merupakan makhluk kecil.
Meski begitu, kita harus tetap “kopat kapit” atau berusaha kesana-kemari untuk menjalani hidup, misalnya dengan bekerja atau menuntut ilmu.
Baca Juga: Tembang Macapat Sinom: Pengertian, Watak, serta Aturan atau Pangeuran
Kaki merupakan alat berpijak, diharapkan kaki memiliki tenaga yang kuat. Kuatnya kaki digambarkan dengan "bumbung" atau tabung bambu.
Artinya, dalam menjalani hidup, kita harus berpijak kuat, tidak mudah putus asa, karena hidup memang tidak selalu mudah.
Nah, lirik pada baris terakhir tersebut memberikan nasihat kepada kita untuk tetap berpegang teguh pada pendirian, tidak “migang-migung” atau mencla-mencle.
Nah, demikianlah lirik, terjemahan, serta makna lagu dolanan Gajah-Gajah, Adjarian.
Tonton video berikut, yuk!
Penulis | : | Jestica Anna |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR