adjar.id - Apakah Adjarian dapat melantunkan tembang macapat Maskumambang?
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai tembang macapat Maskumambang, yuk, kita ingat kembali apa itu tembang macapat!
Tembang macapat adalah salah satu karya sastra Jawa yang berbentuk tembang atau puisi tradisional yang dilagukan.
Untuk menjaga kelestarian budaya daerah, kita harus melestarikan tembang macapat.
Dalam kebudayaan Jawa, terdapat sebelas jenis tembang macapat, yaitu Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanthi, Asmarandana, Gambuh, Dhandhangula, Durma, Pangkur, Megatruh, dan Pucung.
Setiap tembang macapat memiliki arti dan aturan-aturan tersendiri yang mengikat, seperti guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu.
O iya, lirik tembang macapat ini biasanya berisi berbagai petuah tentang kehidupan yang berfungsi memberi nasihat dari generasi ke generasi.
Nah, pada artikel kali ini, kita akan membahas mengenai tembang macapat yang pertama, yakni Maskumambang.
Tanpa berlama-lama lagi, yuk, kita simak bersama uraian berikut!
Baca Juga: Tembang Macapat Kinanthi: Pengertian, Watak, dan Aturan atau Paugeran
Makna Tembang Maskumambang
Tembang Maskumambang merupakan salah satu dari kesebelas tembang macapat yang berasal dari dua kata, yaitu “mas” (sesuatu yang berharga) dan “kumambang” (mengambang).
Apabila dimaknai secara keseluruhan, kata “masukumambang” berarti janin yang hidup dan bertumbuh kembang dalam kandungan ibu selama sembilan bulan.
Tembang ini menggambarkan kisah diawalinya kehidupan manusia di bumi. Filosofi Maskumambang bermakna seorang bayi yang masih “mengambang” atau bergantung dalam kandungan ibunya.
Watak Tembang Maskumambang
Setiap tembang macapat memiliki watak dan sifat masing-masing. Hal ini digunakan untuk menyampaikan pesan yang terkandung dalam liriknya serta menjadi ciri khas suatu tembang.
Nah, tembang Maskumambang sendiri memiliki watak keprihatinan, kesusahan, kesedihan, kesengsaraan, belas kasih, dan sikap cemas dalam menghadapi kehidupan.
Watak-watak tembang Maskumambang di atas digunakan sebagai media untuk menyampaikan nasihat berupa pesan moral arti sebuah kehidupan.
Dengan memaknai watak tembang Maskumambang membuat kita jadi lebih prihatin untuk menjalani kehidupan.
Baca Juga: Apa yang Dimaksud dengan Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan?
Aturan atau Paugeran Tembang Maskumambang
Masing-masing tembang macapat memiliki aturan atau paugeran yang berbeda. Paugeran ini berfungsi untuk menjadi ciri-ciri setiap tembang macapat.
Aturan atau paugeran ini mengacu pada jumlah baris (guru gatra), jumlah suku kata (guru wilangan), dan vocal (guru lagu).
Berikut paugeran tembang Maskumambang.
1. Guru Gatra
Guru gatra adalah jumlah baris dalam satu bait. Guru gatra pada tembang Maskumambang adalah empat baris.
Ini berarti, dalam setiap bait tembang Maskumambang memiliki baris sejumlah empat.
2. Guru Wilangan
Guru wilangan adalah banyaknya suku kata dalam satu baris. Guru wilangan dalam tembang ini adalah 12, 6, 8, 8.
Baca Juga: Makna dan Nilai Moral Lagu Tradisional Jawa Cubak-Cublak Suweng
Artinya, baris pertama memiliki 12 jumlah suku kata, baris kedua memiliki enam jumlah suku kata, baris ketiga, dan keempat memiliki delapan jumlah suku kata.
3. Guru Lagu
Terakhir adalah guru lagu. Guru lagu merupakan jatuhnya vokal pada akhir kata di setiap baris. Tembang Maskumambang memiliki guru vokal i, a, i, a.
Artinya, baris pertama tembang ini berakhir pada vokal “i”, baris kedua berakhir pada huruf vokal “a”, baris ketiga berakhir dengan huruf vokal “i” lagi, dan baris keempat berakhir dengan huruf vokal “a”.
Nah, itulah makna, watak, dan aturan atau paugeran tembang macapat Maskumambang.
Tonton video ini, yuk!
Penulis | : | Jestica Anna |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR