adjar.id - Sebagian negara di dunia memiliki dua musim dan sebagian lagi ada yang memiliki empat musim, Adjarian.
Empat musim yang dimaksud adalah musim dingin, musim panas, musim gugur, dan musim semi.
Lalu, mengapa Indonesia hanya memiliki dua musim, ya?
Nah, pada teks bacaan berjudul "Ada Dua, Ada Empat" pada buku tematik tema 8 kelas 6 SD halaman 60, ada penjelasan mengenai hal itu, Adjarian.
Di dalam teks tersebut, dijelaskan bahwa perbedaan musim di beberapa negara di dunia terjadi akibat kemiringan poros Bumi.
Tidak hanya itu, arah dan kecepatan angin juga memengaruhi, lo!
Nah, setelah membaca teks dengan saksama, kita diminta untuk mencari gagasan utama.
Kita juga diminta untuk menjawab soal pemahaman tentang isi teks tersebut.
Yuk, simak pembahasannya berikut ini!
Baca Juga: Macam-Macam Musim di Dunia dalam Bahasa Inggris dan Contoh Kalimatnya
Teks Bacaan 'Ada Dua, Ada Empat'
Mungkin kamu pernah bertanya-yanya di dalam hati, mengapa di Indonesia hanya ada musim hujan dan musim kemarau?
Tidak seperti negara-negara subtropis yang memiliki empat musim. Keempat musim di negara-negara subtropis tersebut adalah musim dingin, semi, gugur, dan musim panas.
Pada musim dingin, tanah diselimuti salju seputih kapas. Pada musim semi, bunga-bunga bermekaran dengan indahnya.
Saat musim gugur, daundaun berwarna cokelat keemasan kemudian berguguran dari batangnya.
Ada pula musim panas, saat jangka waktu siang hari berlangsung sangat lama dari malam hari, bahkan dapat berlangsung hanya selama 4-5 jam saja.
Perbedaan musim di negara tropis terjadi karena ketika mengorbit, poros Bumi dalam keadaan miring.
Pada bulan Desember, saat poros di belahan Bumi utara mengalami kemiringan terjauh dari Matahari sehingga sedikit mendapatkan sinar matahari.
Akibatnya, terjadilah apa yang kita kenal sebagai musim dingin. Di sisi belahan Bumi selatan, pada waktu bersamaan, terjadi musim panas.
Baca Juga: Jawab Soal Berdasarkan Teks 'Banjir Bukan Sekadar Bencana Alam', Kelas 6 Tema 8
Sementara itu, di bagian ’tengah’ poros Bumi, yaitu bagian yang dekat dengan garis ekuator, poros tidak terlalu mengalami kemiringan.
Banyaknya sinar Matahari cenderung stabil sepanjang tahun. Pada bagian Bumi ini, arah dan kecepatan anginlah yang berperan memengaruhi musim.
Angin terjadi karena perbedaan tekanan udara. Baik dua maupun empat musim adalah sama-sama karunia Tuhan Yang Maha Esa.
Semuanya harus kita syukuri karena menjadikan tempat-tempat di muka Bumi ini sempurna dengan ciri khasnya masing-masing.
1. Gagasan utama yang aku dapatkan dari bacaan yang dibacakan oleh temanku:
Jawaban:
Paragraf 1: Ada perbedaan musim negara tropis dan subtropis
Paragraf 2: Arah dan kecepatan angin yang berperan memengaruhi musim
Paragraf 3: Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara.
Baca Juga: Jawab Soal Berdasarkan Teks 'Ayo Mengenal Bulan', Kelas 6 Tema 8
2. Gagasan utama yang aku dapatkan setelah membaca bacaan dalam hati:
Jawaban:
Paragraf 1: Perbedaan musim di negara tropis dan subtropis
Paragraf 2: Arah dan kecepatan angin yang berperan mempengaruhi musim
Paragraf 3: Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara.
3. Berdasarkan teks bacaan "Ada Dua, Ada Empat", jelaskan penyebab terjadinya perbedaan musin di Bumi!
Jawaban:
Perbedaan musim di bumi disebabkan oleh kemiringan poros bumi.
Perbedaan musim di negara tropis terjadi karena ketika mengorbit, poros Bumi dalam keadaan miring.
Baca Juga: Jawab Soal Informasi Penting pada Teks Bacaan Tarian Tradisional Indonesia, Kelas 6 Tema 8
Saat poros di belahan Bumi utara mengalami kemiringan terjauh dari Matahari, daerah tersebut sedikit mendapatkan sinar matahari. Akibatnya terjadilah musim dingin.
Sementara itu, di bagian "tengah" poros Bumi, yaitu bagian yang dekat dengan garis ekuator, poros tidak terlalu mengalami kemiringan.
Banyaknya sinar Matahari cenderung stabil sepanjang tahun.
Pada bagian Bumi ini, arah dan kecepatan anginlah yang berperan memengaruhi musim.
Nah, itulah pembahasan soal berdasarkan teks bacaan, "Ada Dua, Ada Empat" pada buku tematik kelas 6 Tema 8, Adjarian.
Penulis | : | Aldita Prafitasari |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR