adjar.id - Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prasejarah adalah bagian ilmu sejarah tentang zaman ketika manusia hidup dalam kebudayaan yang belum mengenal tulisan.
Jadi, masa prasejarah dapat disebut sebagai masa di mana manusia belum mengenal tulisna.
Kehidupan masyarakat di masa prasejarah terbagi menjadi tiga masa, yaitu:
1. Masa berburu dan mengumpulkan makanan.
2. Masa bercocok tanam.
Baca Juga: Sejarah Berdirinya Kerajaan Sriwijaya dan Masa Kejayaannya
3. Masa perundagian.
Nah, kali ini kita akan membahas satu per satu masa-masa tersebut.
Yuk, langsung kita simak penjelasan tentang apa itu masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
"Kehidupan masyarakat di masa prasejarah terbagi menjadi tiga masa, yakni masa berburu, bercocok tanam, dan perundagian."
Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Kehidupan sosial manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan dimulai pada zaman Pithecanthropus sampai dengan Homo sapiens.
Pada masa ini manusia sangat bergantung pada kondisi alam dikarenakan masih minimnya teknologi.
Dua hal yang sangat penting dalam sistem kehidupan sosial masyarakat prasejarah, yaitu embuat peralatan dari batu yang masih kasar memakai batu serpih atau kayu.
Dari batu tersebut masyarakat membuat kapak genggam dan kapak perimbas.
Selain itu, manusia pada zaman prasejarah membutuhkan api untuk memasak dan membuat penerangan pada malam hari.
Baca Juga: Mengenal Hasil-Hasil Kebudayaan: Masa Berburu dan Masa Bercocok Tanam
Api dibuat dengan cara menggosokkan batu yang mengandung unsur besi sehingga menimbulkan percikan api.
O iya, Adjarian, pada zaman itu masyarakat tidak pernah menetap pada satu tempat dan selalu berpindah-pindah atau dikenal dengan istilah nomaden.
Tempat yang dipilih untuk masyarakat nomaden adalah padang rumput, dekat danau, sungai, atau tepi pantai.
Ciri-Ciri Kehidupan Masa Berburu
- Hidupnya tidak menetap.
- Bersifat food gathering, yaitu mencari dan mengumpulkan makanan dari hutan dengan cara berburu.
- Peralatannya terbuat dari batu.
"Dua hal penting pada zaman prasejarah adalah membuat peralatan dari batu dan juga menggunakan batu untuk membuat api."
Masa Bercocok Tanam
Masa bercocok tanam terjadi setelah masa berburu dan masa mengumpulkan makanan sudah mulai ditinggalkan.
Manusia prasejarah yang hidup pada masa bercocok tanam adalah Homo sapiens.
Dalam masa ini, manusia mulai hidup di suatu perkampungan yang terdiri dari keluarga-keluarga sederhana maupun kelompok.
Ciri-Ciri Kehidupan Masa Bercocok Tanam
- Bersifat food producing, yaitu sudah mengenal cara bertanam dan beternak.
- Alat-alat kehidupan sudah mulai diasah hingga halus.
Baca Juga: Sejarah Perumusan Naskah Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
- Sudah mahir membuat beberapa kerajinan.
- Sudah mulai menetap.
- Mulai membuat organisasi masyarakat.
- Mengenal gotong-royong dan mengenap prinsip demokrasi.
- Adanya pembagian antara pekerjaan perempuan dan laki-laki.
"Pada masa bercocok tanam, manusia sudah mulai menetap di suatu daerah perkampungan."
Masa Perundagian
Kata perundagian diambil dari bahasa Bali, yakni undagi yang artinya seseorang, sekelompok orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau jenis usaha tertentu.
Pada masa ini, masyarakat sudah mulai mengenal adanya logam, sehingga alat-alat pada zaman ini sudah mulai menggunakan bahan logam.
Di zaman perundagian, sudah ada pembagian kerja yang jelas disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Masyarakat juga sudah tersusun menjadi kelompok majemuk, yaitu kelompok petani, pedagang, dan perajin.
Ciri-ciri Kehidupan Masa Perundagian
- Kehidupan sudah menetap, mampu menghasilkan bahan makanan sendiri dengan bercocok tanam dan memelihara hewan ternak.
- Tercipta golongan masyarakat undagi, yaitu masyarakat dengan keahlian tertentu.
- Memiliki kemampuan untuk membuat barang-barang menggunakan bahan logam.
Itulah kehidupan sosial masyarakat Indonesia pada zaman prasejarah.
Sekarang, kita coba jawab pertanyaan di bawah ini, yuk!
Pertanyaan |
Kapan manusia prasejarah mulai menetap dan melakukan food producing? |
Petunjuk: Cek halaman 3. |
Penulis | : | Aisha Amira |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR