Jenis-Jenis Geguritan Bahasa Jawa serta Ciri-cirinya

By Rizky Amalia, Kamis, 7 November 2024 | 13:10 WIB
'Geguritan' bahasa Jawa sudah berkembang dari zaman kerajaan sebelum Indonesia merdeka. (Pexels/Antoni Shkraba)

adjar.id - Tahukah Adjarian? Awalnya geguritan hadir dari tembang dan menjadi karya seni yang indah.

Geguritan bahasa Jawa sudah berkembang dari zaman kerajaan sebelum Indonesia merdeka, lo.

Bahkan geguritan juga digunakan oleh pujangga untuk menyindir para penguasa yang berkuasa pada masa itu.

Geguritan berasal dari kata dasar gurit yang berarti tatahan atau oretan.

Pengertian geguritan ialah seni atau sastra puisi yang digoreskan menggunakan bahasa Jawa dan umumnya dibacakan menggunakan tembang indah.

Struktur geguritan memiliki aturan pakem sehingga pada zaman dahulu hanya bisa diciptakan oleh para pujangga yang berpengetahuan.

Namun, seiring perkembangan zaman, geguritan bahasa Jawa beradaptasi dengan keadaan.

Pembuatannya kini mirip, seperti puisi bebas pada umum yang tidak terikat aturan-aturan, seperti sajak, metrum, dan lagu.

Kali ini kita akan mempelajari apa saja jenis-jenis geguritan bahasa Jawa serta ciri-cirinya. Yuk, kita pelajari sama-sama!

Jenis-Jenis Geguritan Bahasa Jawa

Geguritan terbagi ke dalam dua jenis, yaitu geguritan gagrak lawas dan geguritan gagrak anyar.

Perbedaan keduanya terlihat jelas pada hasil karya yang tercipta.

Baca Juga: Unsur-Unsur Intrinsik yang Terdapat pada Geguritan Bahasa Jawa

1. Geguritan Gagrak Lawas

Pengertian 'geguritan gagrak lawas' adalah puisi Jawa yang masih terikat pembuatannya dengan aturan sastra Jawa lama, seperti kidung dan tembang. (Pexels/cottonbro studio)

Pengertian geguritan gagrak lawas adalah puisi Jawa yang masih terikat pembuatannya dengan aturan sastra Jawa lama, seperti kidung dan tembang.

Hal ini terlihat pada tembang macapat, tembang gedhe, dan tembang tengahan.

Di bawah ini merupakan ciri-ciri geguritan gagrak lawas, antara lain:

- Memiliki jumlah bait dalam setiap bab yang tidak teratur, tetapi paling sedikit terdapat empat bait (empat baris).

- Geguritan gaya lama memiliki isi berupa perlajaran tertentu, seperti tata krama.

- Jumlah suku kata di setiap suku kata tetap, berjumlah 8 suku kata.

- Geguritan ini biasanya diawali dengan kata 'sun gegurit'.

- Menambahkan bunyi akhir baris memakai kata pengantar suara guru.

2. Geguritan Gagrak Anyar

Baca Juga: 8 Unsur Geguritan, Karya Sastra Puisi dalam Bahasa Jawa

Geguritan gagrak anyar merupakan puisi Jawa yang sudah tidak lagi terikat aturan baku, seperti sastra Jawa lama.

Struktur dan pemakaian bahasanya bebas dan kadang disisipkan kata-kata selain bahasa Jawa.

Nah, isi geguritan gagrak anyar banyak bersumber dari perasaan yang dituliskan dengan pilihan kata puitis.

Ciri-ciri geguritan gagrak anyar, yaitu:

- Jumlah guru wilangan bebas atau tidak terikat.

- Memiliki jumlah bait bebas.

- Jumlah baris bebas.

- Pembuatannya tidak diawali dengan sun gegurit, yaitu kata 'aku mengarang' atau membaca geguritan.

Sebagai tambahan informasi, struktur geguritan dibagi menjadi dua, yaitu struktur fisik geguritan dan struktur batin geguritan.

Struktur fisik adalah unsur yang terlihat pada susunan kata di geguritan.

Perincian struktur ini mencakup diksi, pengimajinasian, kata konkret, majas, dan tipografi.

Baca Juga: Contoh Geguritan atau Puisi Bahasa Jawa untuk Orang Tua

Sementara struktur geguritan yang kedua ialah struktur batin.

Struktur geguritan bermakna sebagai unsur pembangun dan tidak tampak langsung pada penulisan kata di puisi Jawa.

Struktur batin terdiri dari tema, nada, perasaan, dan amanat.

Sekarang sudah tahu, ya, apa saja jenis-jenis geguritan bahasa Jawa serta ciri-cirinya.

Coba Jawab!
Apa yang dimaksud dengan geguritan?
Petunjuk: Cek di halaman 1.

Tonton video ini, yuk!