Pada tanggal 6 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan menyebabkan korban lebih dari 140.000 orang.
Tiga hari kemudian, pada 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di kota Nagasaki yang menewaskan sekitar 74.000 orang.
Penggunaan bom atom ini tidak hanya menghancurkan fisik kedua kota tersebut, tetapi juga menimbulkan ketakutan akan kemungkinan serangan nuklir lebih lanjut.
Jepang tidak memiliki kemampuan militer untuk melawan senjata sekuat itu, dan pemerintah serta militer Jepang mulai menyadari bahwa melanjutkan perang hanya akan membawa kehancuran total bagi bangsa mereka.
3. Deklarasi Postdam dan Tekanan dari Sekutu
Sebelum serangan bom atom, pada 26 Juli 1945, Sekutu mengeluarkan Deklarasi Potsdam yang menyerukan agar Jepang menyerah tanpa syarat.
Deklarasi ini mengancam bahwa jika Jepang menolak, negara tersebut akan menghadapi kehancuran yang cepat dan total.
Namun, pada awalnya pemerintah Jepang menolak Deklarasi Potsdam karena mereka berharap dapat menegosiasikan persyaratan penyerahan yang lebih ringan.
Jepang khawatir tentang kelangsungan institusi kekaisaran dan masa depan Kaisar Hirohito jika mereka menyerah tanpa syarat.
Setelah serangkaian kekalahan militer dan pemboman atom, Jepang menyadari bahwa tidak ada pilihan lain selain menyerah sepenuhnya.
4. Tekanan dari Kaisar Hirohito
Baca Juga: Bagaimana Dampak Penjajahan Jepang di Indonesia dan Relevansinya di Masa Kini? Sejarah Kelas XI