Bagaimana Kehidupan Ekonomi Kesultanan Banten?

By Nabil Adlani, Rabu, 21 Februari 2024 | 11:00 WIB
Kesultanan Banten tumbuh sebagai pusat perdagangan internasional. (dok. Kemdikbud)

adjar.id - Salah satu kerajaan bercorak Islam di Pulau Jawa adalah Kesultanan Banten.

Kesultanan Banten didirikan di sekitar Teluk Banten di abad ke-16 yang sangat strategis dan mendukung kehidupan ekonomi kerajaan.

Kesultanan Banten didirikan oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, tetapi tidak pernah menjadi raja di sana.

Raja pertama dari Kesultanan Banten adalah Sultan Maulana Hasanuddin yang merupakan putra dari Sunan Gunung Jati.

Setelah menjadi raja pertama, Sultan Maulana Hasanuddin kemudian mengembangkan pelabuhan banten sebagai pusat perdagangan internasional.

Sementara raja yang berhasil membawa Kesultanan Banten ke masa kejayaan adalah Sultan Ageng Tirtayasa, Adjarian.

Adanya campur tangan VOC membuat Kesultanan Banten akhirnya mengalami keruntuhan di awal abad ke-19.

Yuk, kita cari tahu kehidupan ekonomi Kesultanan Banten!

"Kesultanan Banten berdiri pada abad ke-16 dan berhasil menjadi pusat perdagangan internasional."

Kehidupan Ekonomi Kesultanan Banten

Nama Banten sudah disebut dalam berbagai sumber Tiongkok sejak awal abad ke-15.

Banten disebut sebagai pelabuhan penting yang masuk dalam jaringan pelayaran dan perdagangan internasional.

Baca Juga: 4 Penyebab Runtuhnya Kesultanan Banten

Hal inilah yang menjadi alasan mengapa dalam kehidupan perekonomian Kesultanan Banten bertumpu di bidang perdagangan.

Saat Kesultanan Banten berdiri, Malaka telah jatuh di bawah kekuasaan Portugis, Adjarian.

Puasaan Malaka yang dilakukan Portugis membuat Banten semakin berarti untuk pelayaran dan perdagangan internasional melalui Selat Sunda.

Sebab, Portugis sudah memonopoli perdagangan di Malaka dan memberikan pajak yang sangat tinggi bagi para pedagang muslim di sana.

Sehingga, aktivitas perdagangan dan pelayaran berpindah menuju ke wilayah Banten.

Sejak saat itulah kehidupan ekonomi Kesultanan Banten semakin berkembang.

Hal ini karena banyaknya pelabuhan yang dikunjungi oleh para pedagang dari bangsa asing, seperti Arab, Tiongkok, India, Iran, dan lainnya.

Melalui pelabuhan itulah, berbagai sumber daya dari wilayah kekuasaan Kesultanan Banten disebarkan ke seluruh dunia.

Sultan Maulana Hasanuddin sebagai raja pertama Kesultanan Banten kemudian memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Lampung sebagai daerah penghasil lada.

Lada adalah komoditas utama dari Kesultanan Banten yang menjadi idola di dunia perdagangan internasional.

Kemudian di masa pemerintahan Sultan Maulana Muhammad, Kesultanan Banten melakukan penyerangan ke Palembang karena tujuan ekonomi.

Baca Juga: Kesultanan Banten: Masa Kejayaan dan Kemunduran

Daerah pedalaman Banten selain mengembangkan lada dan berat, juga mengembangkan produksi tebu dan pertanian.

Menurut dokumentasi VOC, cengkeh termasuk komoditas ekspor terbesar yang berasal dari Banten yang bisa mencapai 300.000 pon di tahun 1636.

Meski begitu, cengkeh tidak dihasilkan dari wilayah kekuasaan Kesultanan Banten.

Akan tetapi, Cengkeh didatangkan dari Maluku oleh para pedagang Banten agar dapat di ekspor ke luar Nusantara.

Komoditas perdagangan itulah yang kemudian membuat Kesultanan Banten dapat mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.

Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Kesultanan Banten bahkan bisa mengungguli Aceh dan Makassar sebagai bandar perdagangan laba terbesar.

Sehingga membuat VOC tidak senang dan menilai Kesultanan Banten mengganggu praktik monopoli perdagangan lada VOC di Batavia.

Surtan Ageng kemudian menyusun serangkaian strategi untuk mengalahkan VOC.

Salah satu cara yang diterapkan adalah dengan mengundang para pedagang Eropa lainnya untuk berdagang di wilayah Kesultanan Banten.

Sultan Ageng juga mengembangkan hubungan dagang dan memberikan tempat di wilayah Kesultanan Banteng bagi bangsa Siam, Persia, Benggala, Tiongkok, dan Tonkin.

Hubungan dagang yang dibangun oleh Sultan Ageng semakin mempersulit Belanda untuk menguasai Kesultanan Banten.

Baca Juga: Kehidupan Sosial dan Budaya dari Kesultanan Banten

Akan tetapi, kejayaan kehidupan ekonomi Kesultanan Banten tidak bertahan lama, hanya sepanjang kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa.

Ketika Sultan Ageng Tirtayasa diasingkan Belanda di tahun 1639, pemerintahan Kesultanan Banten dilanjutkan oleh Sultan Haji atas pemberian VOC.

Sultan Haji bekerja sama dengan VOC dan memperbolehkan VOC memonopoli perdagangan lada di Banten dan mengusir pedagang lain.

Sejak saat itu Kesultanan Banten secara perlahan mengalami kemunduran sampai akhir dihapus di awal abad ke-19.

"Masa kejayaan Kesultanan Banten di bidang ekonomi berlangsung sampai masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa berakhir."

Nah, itulah penjelasan tentang kehidupan ekonomi Kesultanan Banten, Adjarian.

Coba Jawab!
Apa yang membuat perdangan di wilayah Kesultanan Banten menjadi ramai?
Petunjuk: Cek halaman 2.

---

Sumber: Buku Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Edisi Revisi 2017 karya Restu Gunawan, dkk., Kemendikbud tahun 2017.