adjar.id - Bahasa Jawa merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini mencakup untuk komunikasi secara langsung ataupun dalam teks, seperti karya sastra.
Oleh sebab itu, dalam bahasa Jawa juga terdapat unsur-unsur bahasa, salah satunya tembung sesulih pandarbe atau pronomina posesif, yaitu kata ganti kepemilikan.
Tembung sesulih pandarbe yaiku tembung sesulih sing dinggo nyulihi kenduwekan.
Artinya, tembung sesulih pandarbe adalah tembung sesulih yang dipakai untuk menggantikan kepemilikan.
Nah, tembung sesulih pandarbe dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu tembung sesulih pandarbe purusa kapisan, pandarbe purusa kapindho, dan pandarbe purusa ikatelu.
Apa perbedaan ketiganya?
Yuk, kita pelajari bersama dengan menyimak pembahasan berikut!
Jenis Tembung Sesulih Pandarbe
1. Pandarbe Purusa Kapisan
Kata "kapisan" memiliki arti "pertama".
Jenis tembung sesulih pandarbe purusa kapisan merupakan kata ganti kepemilikan orang pertama.
Baca Juga: 3 Jenis Tembung Sesulih Purusa atau Kata Ganti Orang dalam Bahasa Jawa
Orang pertama yang dimaksud di sini ialah diri sendiri atau orang yang menyatakan kepemilikan.
Contoh:
- Tas abang kui nggonku, ngko tak jipuke.
Tas merah itu milikku, nanti akan aku ambil.
- Buku basaku dijilih sopo, ya?
Buku bahasaku dipinjam siapa, ya?
2. Pandarbe Purusa Kapindho
Tembung sesulih pandarbe purusa kapindho adalah kata ganti kepemilikan orang kedua.
Dalam bahasa Jawa, kata ganti ini bisa disampaikan dalam tiga cara, yakni menggunakan -mu (ngoko), -sampeyan (krama madya), dan -panjenengan (krama alus).
Contoh:
- Sepatumu wis diumbahne ibu garek dinggo.
Baca Juga: Tembung Sesulih Panggandheng dan Sadhengah: Pengertian dan Contoh
Sapatumu sudah dicucikan ibu tinggal dipakai.
- Sangu maem sampeyan sampun kula siapne ten tas.
Bekalmu sudah saya siapkan di tas.
- Niki bukune panjenengan sampun kula tumbasne.
Ini bukumu sudah saya belikan.
3. Pandarbe Purusa Ikatelu
Tembung pandarbe purusa ikatelu adalah kata ganti kepemilikan orang ketiga.
Biasanya memiliki imbuhan di belakang kata yaitu -e, -ne, -ipun.
Contoh:
- Lina ndue potlot lima, sik siji potlote dijilih Andi.
Lina mempunyai lima pensil, yang satu pensil dipinjam Andi.
Baca Juga: Tembung Sesulih Panudhuh dan Pitakon: Pengertian dan Contoh Kalimat
- Tulus kui penyanyi, kabeh lagu-lagune apik.
Tulus adalah penyanyi, semua lagu-lagunya bagus.
- Bapak gadah mobil lawas, mobilipun tasih terawat.
Bapak mempunyai mobil lama, mobilnya masih terawat.
Itu dia jenis-jenis tembung sesulih pandarbe dalam bahasa Jawa.
Coba Jawab! |
Apa pengertian tembung sesulih pandarbe? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
Tonton video ini juga, yuk!