adjar.id - Ada tiga jenis tembang yang berkembang di kebudayaan Jawa, yaitu tembang gedhe (sekar ageng), tembang tengahan (sekar madya), dan tembang macapat (sekar alit).
Nah, kali ini kita akan mengenal tembang tengahan atau sekar madya.
Hal yang membedakan tembang tengahan dengan tembang lainnya adalah tembang tengahan mengandung filosofi tentang kehidupan masyarakat Jawa.
Oleh karenanya, tembang ini ditulis dalam kidung, yaitu buku yang berisi kisah peristiwa yang terjadi pada zaman dahulu.
Tembang tengahan memiliki fungsi khusus yang digunakan untuk "mbawani gendhing" atau membuka gendhing.
O iya, tembang tengahan juga termasuk jenis tembang klasik, tetapi menggunakan bahasa Jawa tengahan dan baru.
Contoh tembang tengahan, antara lain Balabak, Wirangrong, Lontang, Palugon, dan Duduk Wuluh.
Ada beberapa ciri tembang tengahan, Adjarian.
Yuk, simak ciri-ciri tembang tengahan berikut ini!
Ciri-Ciri Tembang Tengahan
1. Jumlah Gatra Terbatas
Jumlah gatra dalam tembang tengahan tidak boleh lebih dari 8 wanda dan tanpa lampah.
Baca Juga: 3 Jenis Tembang Jawa: Tembang Gedhe, Tembang Tengahan, dan Tembang Macapat