Hardjoprakoso mencatat bahwa Indonesia pernah menjadi produsen buku yang produktif.
Hal ini sejalan dengan semangat Presiden Soekarno yang memang aktif dalam membaca buku.
Selain itu, Soekarno juga mendukung penerbitan dan kegiatan literasi sebagai prioritas utamanya.
Akan tetapi, peresmian Hari Kunjung Perpustakaan baru dilakukan saat pemerintahan Presiden Soeharto.
Melansir laman resmi Perpusnas RI, Presiden Soeharto mempunyai harapan dengan adanya ketetapan tersebut bisa memberikan tujuan positif bagi gerakan aktivis intelektual di Indonesia.
Terutama dalam menyebarkan budaya membaca generasi bangsa Indonesia.
Pada tahun 1963, banyak terbitan buku di Indonesia bahkan pihak swasta sudah mulai berani membangun usaha penerbitan dan buku di Indonesia.
Bahkan, hal ini pernah menjadi perhatian Amerika Serikat yang membeli buku terbitan Indonesia dengan membuka kantor cabang perpustakaan nasionalnya.
Selain itu, Badan Literasi Belanda juga memusatkan untuk mengakuisisi terbitan Indonesia dalam bidang ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan.
Tujuan Hari Kunjung Perpustakaan
Dalam penetapan Hari Kunjung Perpustakaan, Presiden Soeharto mempunyai tujuan untuk memberikan kontribusi positif bagi gerakan aktivitas intelektual di Indonesia.
Hal ini diharapkan dapat mendorong penyebaran budaya membaca untuk generasi muda Indonesia.
Baca Juga: Hak dan Kewajiban di Perpustakaan