Hal itu dilakukan Sisingamangaraja karena takut kepercayaan dan tradisi animisme rakyat Batak akan terkikis karena berkembangnya agama Kristen.
Upaya penolakan Kristenisasi di Batak dilakukan oleh Sisingamangaraja dengan mengusir organisasi penyebar agama Kristen, yaitu Zending.
Menurutnya, organisasi tersebut memaksakan agama Kristen kepada rakyat Batak di tahun 1877.
"Perang Batak terjadi karena adanya penolakan masuknya agama Kristen di Tapanuli oleh misionaris Belanda."
Proses Jalannya Perang Batak
Misionaris meminta perlindungan dari pemerintah kolonial Belanda karena adanya pengusiran yang dilakukan Sisingamangaraja.
Pada 6 Febtuari 1878, pasukan Belanda sampai di Pearaja yang berada di pedalaman Sumatra Utara dan bergabung dengan kaum misionaris Belanda.
Datangnya para tentara Belanda ke wilayah Batak sudah memprovokasi Sisingamangaraja.
Sehingga pada 16 Februari 1878, Sisingamangaraja mengumumkan perang dengan melakukan penyerangan ke pos Belanda di Bahal Batu.
Pada Desember 1878, pasukan Sisingamangaraja bergabung dengan pejuang Aceh untuk melakukan perlawanan kepada Belanda.
Aliansi Aceh dan Sisingamangaraja berhasil menduduki wilayah pedalaman Sumatra Utara.
Akan tetapi, saat memasuki wilayah kota, pasukan tersebut berhasil dipukul mundur oleh pasukan Belanda.