adjar.id - Kerajaan Mataram Islam termasuk salah satu kerajaan Islam yang memiliki peran penting dalam perkembangan agama Islam di Indonesia.
Kerajaan Mataram Islam mengalami perkembangan hingga menjadi salah satu kerajaan bercorak Islam terbesar di Jawa.
Raja pertama dari Kerajaan Mataram Islam adalah Sutawijaya atau dikenal juga dengan Panembahan Senopati.
Saat menjadi raja, Panembahan Senopati memiliki misi untuk mengekspansi berbagai daerah, Adjarian.
Selain itu, ia juga berambisi untuk menjadikan Kerajaan Mataram Islam sebagai pusat agama dan kebudayaan Islam.
Puncak kejayaan Kerajaan Mataram Islam terjadi pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo di tahun 1613 sampai 1645 Masehi.
Keinginan dari Sultan Agung sendiri adalah untuk menyatukan pulau Jawa di bawah pemerintahan Kerajaan Mataram Islam.
Bahkan, beberapa kerajaan di Jawa berhasil berada di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam.
Lalu, bagaimana kehidupan sosial Kerajaan Mataram Islam?
Simak pembahasannya, yuk!
"Kerajaan Mataram terletak di Kota Gede, sebelah tenggara Kota Yogyakarta atau di sekitar aliran Sungai Opak dan Progo yang bermuara di Laut Selatan."
Baca Juga: 4 Penyebab Runtuhnya Kerajaan Mataram Islam
Kehidupan Sosial Masyarakat Kerajaan Mataram Islam
Pada masa pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, kehidupan sosial tertata dengan baik sesuai hukum Islam.
Meski menerapkan hukum Islam, Kerajaan Mataram Islam tetap tidak meninggalkan norma-norma lama yang sudah digunakan lebih dahulu.
Kerajaan Mataram Islam bercorak feodal yang pejabat kerajaannya sebagai tuan tanah dan rakyat sebagai penggarapnya.
Mata pencaharian utama dari masyarakat Kerajaan Mataram Islam adalah bertani.
Bagi masyarakat yang tinggal di daerah pesisir, mata pencaharian utamanya adalah nelayan dan berdagang.
Puncak kejayaan Kerajaan Mataram Islam terjadi pada masa pemerintahan Sultan Agung.
Bahkan pada masa tersebut, kekuasaan Kerajaan Mataram Islam sampai ke wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagaian Jawa Barat.
Akan tetapi, masa kejayaan tersebut harus selesai ketiak Sultan Agung wafat ketika menyerang VOC di tahun 1628-1629 Masehi.
Adanya campur tangan dari VOC dalam pemerintahan kerajaan membuat Kerajaan Mataram Islam mengalami kemunduran.
VOC mulai ikut campur dalam pemerintahan sejak Kerajaan Mataram Islam dipimpin oleh Sultan Amangkurat I.
Adanya campur tangan VOC menimbulkan banyak pemberontakan.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Mataram Islam di Pulau Jawa
Dalam Babad Tanah Jawi dijelaskan bahwa berakhirnya Kerajaan Mataram Islam terjadi setelah jatuhnya Istana Plered.
Pergantian kekuasaan dari Amangkurat I ke Amangkurat II membuat pemberontakan semakin banyak terjadi.
Hal ini terjadi karena Amangkurat II sangat patuh terhadap VOC.
Sepeninggalan Amangkurat II, seharusnya Amangkurat II yang memimpin pemerintahan kerajaan.
Akan tetapi, karena VOC tidak senang dengan Amangkurat III yang menentang VOC, akhirnya VOC mengangkat Pakubuwana I sebagai raja Kerajaan Mataram Islam.
Diangkatnya Pakubuwana I membuat Kerajaan Mataram Islam mempunyai dua raja yang menimbulkan kekacauan politik.
Akhirnya Pakubuwana III membagi wilayah Kerajaan Mataram Islam menjadi dua wilayah untuk menyelesaikan pemberontakan.
Kerajaan Mataram Islam dibagi menjadi Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta pada 13 Februari 1755.
Pembagian wilayah tersebut tertulis dalam Perjanjian Giyanti atas kesepakatan yang dibuat oleh Pakubuwana III dan VOC.
"Kehidupan sosial Kerajaan Mataram Islam awalnya berjalan baik, akan tetapi masuknya VOC membuat situasi kerajaan menjadi kacau."
Nah, itulah penjelasan tentang kehidupan sosial Kerajaan Mataram Islam yang merupakan kerajaan Islam di pulau Jawa.
Baca Juga: Daftar Raja Kerajaan Mataram Islam, Salah Satunya Memimpin Penyerangan ke VOC
Coba Jawab! |
Siapa raja pertama dari Kerajaan Mataram Islam? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
---
Sumber: Buku Sejarah Indonesia untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Edisi Revisi 2017 karya Restu Gunawan, dkk.