2. Adanya keinginan VOC untuk memonopoli perdagangan di kawasan pesisir Jawa.
VOC juga melakukan politik devide et impera atau politik adu domba dengan tujuan mengambil alih wilayah Banten.
VOC kemudian memanfaatkan Sultan Haji sebagai putra Mahkota Kerajaan Banteng agar bisa mengetahui kelemahan dari Sultan Ageng Tirtayasa.
Saat itu, Sultan Haji sangat berambisi untuk memimpin Banten dan VOC melihat hal tersebut dan menghasut Sultan Haji untuk merebut kekuasaan dari Sultan Ageng Tirtayasa.
Kemudian, Sultan Haji membuat perjanjian dengan VOC agar bisa mendapatkan bantuan VOC untuk menyingkirkan ayahnya, yaitu Sultan Ageng Tirtayasa.
Hal ini dilakukan Sultan Haji karena dirinya takut nantinya takhta kerajaan akan diberikan kepada saudaranya, yaitu Pangeran Purbaya.
"Adanya keinginan VOC untuk memonopoli perdagangan di kawasan pesisir Jawa menjadi salah satu latar belakang munculnya perlawanan Banteng terhadap VOC."
Bentuk Perlawanan Banten
Sultan Ageng Tirtayasa terkenal sebagai raja yang sangat menentang VOC karena tindakan monopoli perdagangan.
Maka dari itu, Sultan Ageng Tirtayasa memutuskan untuk melakukan perlawanan terhadap VOC.
Dua kapal milik Belanda kemudian dirusak oleh Banteng dan kebun-kebun tebu milik Belanda di Angke, Tangerang juga dirusak.
Hal ini membuat VOC terpaksa harus menutup kantor dagangnya, Adjarian.
Baca Juga: 5 Kebijakan VOC di Bidang Ekonomi saat Menjajah Indonesia