adjar.id - Dalam suatu puisi, biasanya terdapat penyimpangan bahasa yang dilakukan oleh penyairnya.
Penyimpangan bahasa ini terdiri dari beragam bentuk, Adjarian.
Biasanya penyimpangan bahasa dalam puisi menjadi ciri dari satu angkatan periode sastra tertentu.
Hal ini karena teks puisi mempunyai bahasa yang memang berbeda dibanding bahasa sehari-hari.
Sebab, kata-kata dalam puisi ini mengandung nilai keindahan yang memang khusus dilakukan agar dapat membangkitkan perasaan, memunculkan tanggapan, dan menarik perhatian.
O iya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Nah, penyimpangan bahasa dalam puisi dilakukan penyair guna menguatkan daya puisi.
Tujuannya agar bisa mencapai bentuk pengucapan tertentu yang diinginkan oleh penyair.
Selain itu, penyimpangan bahasa juga bertujuan untuk mencapai keselarasan rima di dalam puisi.
Berikut bentuk-bentuk penyimpangan bahasa dalam puisi.
"Penyimpangan bahasa dalam puisi dilakukan karena penyair menganggap bahasa konvensional tidak bisa mengungkapkan perasaan secara tuntas."
Baca Juga: Pengertian dan Ciri-Ciri Bait Puisi, Materi Bahasa Indonesia Kelas 11 Kurikulum Merdeka
Bentuk Penyimpangan Bahasa
Beberapa bentuk penyimpangan bahasa dalam sebuah puisi, yaitu:
1. Penyimpangan Semantik
Penyimpang semakin adalah penyimpangan berupa penggunaan kata dalam puisi yang maknanya tidak menunjuk pada makna sebenarnya.
Semantik sendiri termasuk cabang ilmu linguistik yang membahas mengenai makna tanda bahasa.
Contoh penyimpangan semantik saat penyair menggunakan kata laut dalam puisi.
Kata laut tersebut tidak merujuk pada makna laut sebenarnya, tetapi kepada makna lain, seperti kelapangan hati.
2. Penyimpangan Leksikal
Penyimpangan leksikal adalah penyimpangan kata-kata yang digunakan dalam puisi dari kata-kata yang digunakan dalam keseharian.
Misalnya leluka, nguai, pepintu, dan lain sebagainya.
Bentuk penyimpangan leksikal ini bisa kita temukan pada puisi-puisi milik Sutardji Calzoum Bachri.
3. Penyimpangan Sintaksis
Penyimpangan sintaksis adalah bentuk penyimpangan berupa pola kalimat dalam puisi.
Biasanya penyair sering mengabaikan aturan-aturan tentang pola kalimat yang telah ditentukan dalam kaidah kebahasaan.
Contoh penyimpangan sintaksis bisa kita temukan dalam puisi Chairil Anwar yang berjudul "Senja di Pelabuhan Kecil" pada bait:
Baca Juga: Macam-Macam Struktur Batin Puisi
"Ini kali tidak ada yang mencari cintaDi antara gedung, rumah tua, pada cerita tiang serta temali"
Kalimat "ini kali" yang digunakan Chairil tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan yang seharusnya menggunakan "kali ini".
4. Penyimpangan Morfologis
Penyimpangan morfologis adalah penyimpangan yang dilakukan dengan tidak mengindahkan aturan pembentukan kata.
Contohnya penyimpangan morfologi bisa kita temukan pada puisi karya W.S. Rendra yang berjudul Balada Sumillah.
Ada beberapa kata yang tidak sesuai dengan aturan pembentukan kata, seperti kata "ngusapi" dan "nepuki".
Penggunakan kata yang tepat, yaitu "mengusapi" yang terbentuk dari kata dasar "usap" + imbuhan "me-i".
Lalu kata "nepuki" yang benar adalah menepuki yang terbentuk dari kata dasar "tepuk" + imbuhan "me-i".
5. Penyimpangan Fonologis
Penyimpangan fonologis adalah bentuk penyimpangan bunyi yang dilakukan penyair untuk kepentingan rima.
Misalnya, Chairil Anwar dalam puisi "Yang Terampas dan Putus" menggunakan kata "menggigir" yang menggantikan kata menggigil.
Chairil melakukan penyimpangan fonologis dengan mengubah bunyi kata mengigil menjadi bunyi kata "mengigir".
"Bentuk penyimpangan bahasa dalam puisi, di antaranya penyimpangan semantik, leksikal, sintaksis, morfologis, dan fonologis."
Baca Juga: 5 Struktur Fisik Puisi, Materi Bahasa Indonesia Kelas 11 Kurikulum Merdeka
Itulah beberapa bentuk penyimpangan bahasa yang terdapat dalam puisi, Adjarian.
Coba Jawab! |
Apa yang menyebabkan penyair melakukan penyimpangan bahasa dalam puisi? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
---
Sumber: Buku Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X.
Yuk, tonton juga video ini!