Latar Belakang Serangan Umum 1 Maret 1949
Pada awal Februari 1948, di perbatasan Jawa Timur, Letkol Wiliater Hutagalung diberikan tugas untuk membentuk jaringan persiapan gerilya di wilayah Divisi II dan III.
Wiliater kemudian bertemu dengan Sudirman sebagai Panglima Besar TNI untuk melaporkan hasil resolusi Dewan Keamanan PBB.
Wiliater juga menyampaikan bahwa Belanda menolak resolusi tersebut dan melakukan propaganda yang menyatakan bahwa Republik Indonesia sudah tidak ada.
Setelah Agresi Militer Belanda II terjadi pada Desember 1948, TNI mulai menyusun strategi untuk melakukan serangan balik kepada Belanda.
Serangan tersebut dimulai dengan memutus telepon, menyerang konvoi Belanda, dan merusak jalan kereta api.
Tujuan Wiliater melakukan serangan ini adalah untuk meyakinkan dunia internasional bahwa Indonesia mempunyai TNI yang kuat.
Agar hal tersebut bisa dibuktikan, maka perlu adanya serangan yang tidak bisa disembunyikan oleh pihak Belanda.
Keberadaan Republik Indonesia di satu sisi juga tetap harus diketahui oleh UNCI atau United Nations Commission for Indonesia.
Berikut beberapa rencana penyerangan TNI:
1. Melakukan serangan serentak di seluruh wilayah Divisi II yang melibatkan Wehrkreise I, II, dan III.
2. Mengarahkan seluruh potensi militer dan sipil di bawah Gubernur Militer III.
Baca Juga: Sejarah Kedatangan Sekutu dan Belanda di Awal Kemerdekaan Indonesia