Sultan Baabullah sejak kecil sudah mendapatkan pendidikan keagamaan oleh ayahnya dan diajarkan untuk berdakwah pada masyarakat.
Sultan Baabullah selalu menemai ayahnya kemanapun, termasuk saat ayanya Sultan Khairun diasingkan ke Goa pada tahun 1545 sampai 1546.
Saat sudah dewasa, Baabullah ikut membantu Ayahnya dalam menjalankan pemerintahan kesultanan di Ternate dan ikut menandatangi surat penjanjian vasalisasi Ternate.
Surat perjanjian tersebut dilakukan kepada Portugis pada tahun 1560 dan menjadi surat dengan stempel kesultanan tertua di Indonesia yang masih ada sampai saat ini.
Masa Pemerintahan dan Pengusiran Portugis
Pada zaman dahulu, Ternate menjadi salah satu pusat utama perdagangan cengkeh dan sangat bergantung pada Portugis yang mendirikan benteng di sana.
Awalnya, Ternate menganggap Portugis memiliki kekuasaan terhadap bandar persinggahan di Malaka dan memiliki persenjataan yang lebih memadai.
Baca Juga: Jawab Soal Peran Tokoh Pengembang Agama Islam di Indonesia
Akan tetapi lama kelamaan, perilaku serdadu Portugis bertindak seenaknya dan membuat rakyat Ternate marah.
Hingga akhirnya pada tahun 1560-an terjadi pecah konflik antara masyarakat Ternate dengan pihak Portugis.
Pada konflik tersebut ayah Sultan Baabullah, yaitu Sultan Khairun harus gugur di medan perang.
Akhirnya, Sultan Baabullah diangkat menggantikan ayahnya dan memberikan sumpah permusuhan terhadap Portugis.