Bangunan ini juga mendominasi sebagian akses rute antara pantai Mediterania dan Suriah, serta jalur utara-selatan antara Damaskus dan Aleppo. Rute ini juga memberikan jalur strategis pada 900 tahun lalu.
Nama Krak des Chevaliers, merupakan gabungan dari bahasa Arab dan Prancis yang artinya adalah "Benteng Ksatria." Pada tahun 1144, penguasa Tentara Salib setempat, Raymond II dan Pangeran Tripoli, menyerahkan kendali atas benteng kecil dan sederhananya kepada pasukan Knights Hospitallers yang merupakan sebuah ordo keagamaan yang sedang menjalankan tugas militer di wilayah Tentara Salib. Hal ini sama seperti yang dilakukan oleh Ksatria Templar.
Para ksatria tersebut kemudianmemperluas kastil dan menambahkan dinding luar melingkar setebal sembilan kaki (3m) yang digunakan untuk memenuhi menara guna menciptakan dinding pertahanan yang tidak mudah untuk ditembus, dengan ini benteng ini menjadi benteng terbesar dan tercanggih di Tanah Suci.
Baca Juga: Jawab Soal Materi Bahasa Inggris Kelas X, Chapter V Assessment A No. 8-13
Saat ini, kamu akan menyeberangi parit dan mendaki lorong gelap berliku menuju halaman dalam, yang berisi biara bernuansa gotik yang indah dan juga aula besar yang dilengkapi dengan kubah.
Selanjutnya, kita akan menjelajahi dapur dan gudang dari Tentara Salib, dilanjutkan dengan melihat kapel ibadah abad ke-12 yang kokoh, benteng pertahanan, dan kamar tidur besar yang berada di menara tertinggi dengan sentuhan gotik elegan yang menawarkan panorama yang memukau.
Krak des Chevaliers kemudian diambil alih oleh Mamluk Sultan Baybars pada tahun 1271 silam. Pada waktu ini, Pangeran Edward yang berasal dari Inggris sedangberada di Tanah Suci, ia merupakan bagian dari Perang Salib kesembilan dan mengunjungi kastil.
Hingga akhirnya ia berkesempatan untuk kembali ke rumah pada tahun 1272, kembali sebagai Raja Edward I, ia mulai menaklukkan wilayah Wales beserta kastil-kastil yang dibangunnya di Beaumaris, Caernarfon, Harlech, dan tempat lainnya dengan sama seperti di Suriah.