adjar.id - Tahukah Adjarian? Dalam bahasa Jawa, kata disebut tembung.
Jika dalam bahasa Indonesia disebut jenis-jenis kata maka dalam bahasa Jawa disebut dengan silah-silahing tembung.
Pengertian kata ialah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang berupa perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.
Pada artikel ini kita akan mempelajari tentang jenis-jenis tembung dalam bahasa Jawa. Yuk, kita pelajari sama-sama!
1. Tembung Aran
Tembung aran dalam bahasa Indonesia disebut dengan kata benda.
Tembung aran merupakan salah satu jenis kata yang digunakan untuk merujuk pada hal yang dibendakan.
Misalnya, nama orang, tempat, dan benda mati. Contoh tembung aran ialah sepatu, sepedha, montor, dan radio.
2. Tembung Ganti
Salah satu jenis tembung dalam bahasa Jawa adalah tembung ganti.
Tembung ganti merupakan jenis kata yang digunakan untuk menggantikan kata benda atau orang.
Baca Juga: Jenis-Jenis Tembung Sesulih atau Kata Ganti dalam Bahasa Jawa serta Contohnya
Kata ganti ini dapat berbentuk tunggal maupun jamak.
Contohnya aku, kowe, dan dheweke.
3. Tembung Sipat (Kahanan)
Tembung sipat merupakan kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan suatu objek, yaitu dapat berupa benda, manusia, binatang, atau tumbuhan.
Contoh kata sifat pada manusia, yakni sregep, kesed, ala, dan becik.
4. Tembung Seru (Panguwuh)
Tembung panguwuh adalah kata dalam bahasa Jawa yang berfungsi untuk menggambarkan perasaan atau keluh kesah.
Tembung panguwuh juga dikenal dengan sebutan tembung panyeru.
Nah, jenis tembung ini juga termasuk interjeksi, yaitu jenis kata yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan dan maksud seseorang agar lebih ekspresif.
Ada beberapa contoh tembung panguwuh, yaitu adhuh, wah, ah, dan tulung.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Tembung Sipat serta Contohnya dalam Bahasa Jawa
5. Tembung Panyambung
Tembung panyambung juga termasuk salah satu jenis tembung dalam bahasa Jawa.
Pengertian tembung panyambung merupakan konjungsi digunakan sebagai penghubunga kata dengan kata atau kalimat dengan kalimat.
Contoh dari tembung panyambung ialah sarta, utawa, dan lan.
6. Tembung Pangarep
Tembung pangarep, yaitu preposisi atau kata depan dalam bahasa Jawa.
Ciri khas dari tembung pangarep adalah diletakkan sebelum kata benda, kata kerja atau kata keterangan.
Contoh dari tembung pangarep adalah saka, ing, menyang, sing, dan yen.
7. Tembung Sandhangan
Kata sandang dalam bahasa Jawa disebut dengan tembung sandhangan.
Jenis kata ini tidak memiliki makna atau arti khusus, tetapi digunakan sebagai penjelas kata benda.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Tembung Garba, serta Fungsi dan Jenis-jenisnya
Contohnya adalah sang, hyang, raden, dan kyai.
8. Tembung Katrangan
Tembung katrangan atau kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan penjelasan pada kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan lainnya.
Kata keterangan memiliki pembagian, salah satunya keterangan waktu.
Contoh tembung katrangan adalah sesuk, dina iki, dan wingi.
9. Tembung Wilangan
Wilangan dalam bahasa Indonesia berarti bilangan. Maka tembung wilangan diartikan sebagai kata bilangan.
Penggunaan tembung wilangan berfungsi untuk menunjukkan jumlah bilangan atau kuantitas dan urutan dalam suatu deratan.
Contoh tembung wilangan adalah siji, telu, papat, dan setengah.
10. Tembung Kriya
Dalam bahasa Indonesia, tembung kriya berarti kata kerja.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Tembung Saroja serta Contoh dan Artinya
Jenis kata ini merujuk pada suatu pekerjaan, tindakan, atau aktivitas yang dilakukan oleh seseorang.
Contoh tembung kriya, yaitu maca, nulis, nembang, dan turu.
11. Tembung Ancer-Ancer
Tembung ancer-ancer ialah tembung yang menerangkan mengenai suatu tempat atau sebagai kata depan yang letaknya di depan kata benda, kata sifat, dan kata keterangan.
Contohnya adalah mung, menyang, saking, ing, nganggo, dan marang.
Demikian penjelasan tentang jenis-jenis tembung dalam bahasa Jawa serta contohnya.
Coba Jawab! |
Apa yang dimaksud dengan tembung panguwuh? |
Petunjuk: Cek di halaman 2. |
Tonton video ini, yuk!
Penulis | : | Rizky Amalia |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR