adjar.id - Apa saja miskonsepsi atau kesalahpahaman ilmu antropologi?
Pada artikel ini kita akan mempelajari tentang miskonsepsi atau kesalahpahaman ilmu antropologi, materi Antropologi kelas XI Kurikulum Merdeka.
Miskonsepsi atau kesalahpahaman ialah suatu kondisi di mana seseorang mempunyai konsepsi tentang suatu konsep yang berbeda dengan konsepsi yang disepakati para ahli.
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia secara holistik, mencakup aspek budaya, biologi, sejarah, dan linguistik.
Nah, antropologi juga dipahami sebagai ilmu tentang manusia atau dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari keanekaragaman manusia, masyarakat, dan kebudayaannya.
Antropologi bertujuan untuk memahami perkembangan manusia serta keragaman budaya yang ada di dunia.
Namun, dalam masyarakat terdapat banyak miskonsepsi atau kesalahpahaman tentang ilmu ini.
Objek antropologi adalah manusia dalam kedudukannya sebagai individu, suku bangsa, masyarakat, kebudayaan, dan perilakunya.
Bersumber dari kompas.com, para antropolog memperhatikan banyak aspek kehidupan manusia, seperti perilaku sehari-hari, ritual, upacara, dan prosesnya yang mendefinisikan manusia sebagai manusia.
Tujuan antropologi adalah untuk meningkatkan pemahaman manusia tentang diri manusia itu sendiri dan satu sama lain.
Berikut ini merupakan miskonsepsi atau kesalahpahaman ilmu antropologi, materi Antropologi kelas XI Kurikulum Merdeka.
Baca Juga: 5 Masalah Mengenai Makhluk Manusia Menurut Koentjaraningrat, Materi Antropologi Kelas XI
"Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang masyarakat serta budaya manusianya."
1. Antropologi hanya Mempelajari Masyarakat Primitif
Salah satu miskonsepsi yang umum dalam ilmu antropologi adalah pandangan bahwa antropologi hanya mempelajari masyarakat yang disebut primitif atau yang hidup di daerah terpencil.
Faktanya, antropologi juga mempelajari masyarakat modern dan urban.
Antropolog melakukan penelitian tentang berbagai fenomena sosial, mulai dari teknologi, globalisasi, migrasi, hingga budaya pop.
Tujuannya adalah untuk memahami bagaimana manusia beradaptasi dan berkembang dalam berbagai konteks kehidupan, baik tradisional maupun modern.
2. Antropologi Sama dengan Arkeologi
Banyak orang menganggap antropologi dan arkeologi adalah ilmu yang sama.
Meski keduanya mempelajari manusia, fokus keduanya berbeda. Antropologi lebih luas cakupannya dan membahas aspek sosial, budaya, dan biologi manusia.
Sementara itu, arkeologi adalah cabang dari antropologi yang secara khusus mempelajari sisa-sisa material dari peradaban masa lalu, seperti artefak, struktur, dan fosil, untuk memahami kehidupan manusia di masa lampau.
Baca Juga: Pengertian Antropologi Menurut Para Ahli, Materi Antropologi Kelas XI
3. Antropologi Tidak Relevan dengan Kehidupan Modern
Miskonsepsi lainnya adalah pandangan bahwa antropologi tidak relevan dengan kehidupan modern.
Padahal, antropologi memainkan peran penting dalam memahami isu-isu global seperti migrasi, perubahan iklim, hak asasi manusia, dan konflik budaya.
Pengetahuan tentang antropologi membantu kita lebih memahami perbedaan budaya dan cara berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda.
4. Antropologi Hanya Mengkaji Budaya
Meski kajian budaya merupakan salah satu aspek penting dalam antropologi, ilmu ini tidak hanya terbatas pada budaya.
Antropologi juga mencakup studi tentang evolusi manusia, genetika, perkembangan biologis manusia, serta bagaimana faktor biologis dan lingkungan berinteraksi dalam mempengaruhi manusia sebagai makhluk sosial.
Dalam bidang antropologi biologis, misalnya, para ilmuwan mempelajari evolusi manusia dan adaptasi biologis manusia terhadap lingkungan.
"Salah satu miskonsepsi atau kesalahpahaman ilmu antropologi adalah bahwa antropologi hanya mempelajari tentang manusia primitif."
Nah, demikian penjelasan tentang miskonsepsi ilmu antropologi, materi Antropologi kelas XI Kurikulum Merdeka.
Coba Jawab! |
Apa tujuan dari ilmu antropologi? |
Petunjuk: Cek di halaman 1. |
Tonton video ini, yuk!
Source | : | Kompas.com,kemdikbud.go.id |
Penulis | : | Rizky Amalia |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR