menguak kabut mendung, menerjang benteng demi benteng membalikkan arah topan, menjelmakan impian demi impian
Dengan seorang sahabatnya, mereka tanda tangani naskah itu!
Mereka memancang tiang bendera, mengubah nama pada peta, berjaga membacakan sejarah, mengganti bahasa pada buku.
Lalu dia meniup terompet dengan selaksa nada kebangkitan sukma
Kini kita ikut membubuhkan nama di atas bengkalainya;
meruntuhkan sambil mencari, daftar mimpi membelit bulan
Perang saudara mengundang musnah, dendam tidur di hutan-hutan, di sawah terbuka yang sakti
Kata berpasir di bibir pantai hitam dan oh, lidahku yang terjepit, buih lenyap di laut bisu derap suara yang gempita cuma bertahan atau menerkam
Ya, walau tak mudah, kurindukan semangatnya menyanyi kembali bersama gemuruh cinta yang membangunkan sejuta rajawali
Tak mengelak dalam bercumbu, biar di ranjang bara membatu
Tak berdalih pada kekasih, biar berbisa perih di rabu
Baca Juga: 6 Unsur Puisi, Materi Bahasa Indonesia Kelas VIII Kurikulum Merdeka
Penulis | : | Mumtahanah Kurniawati |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR