adjar.id - Dalam berbagai acara di kehidupan sehari-hari, tidak jarang terdapat sesi pidato.
Secara sederhana, kita dapat memahami pidato sebagai tindakan berbicara di depan banyak orang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak.
Berdasarkan tujuannya, pidato dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, Adjarian.
Nah, kali ini kita akan mempelajari jenis pidato persuasif.
Pidato persuasif merupakan pidato yang bertujuan untuk meyakinkan pendengar untuk melakukan sesuatu.
Misalnya, pidato kampanye politik dan pidato pemilihan ketua OSIS di sekolah.
Pidato persuasif dianggap cara yang ampuh untuk mengubah sudut pandang dan pikiran pendengar.
Nah, struktur isi pidato persuasif terdiri dari tiga bagian. Apa sajakah itu?
Yuk, simak!
"Pidato persuasif adalah pidato yang bertujuan untuk meyakinkan pendengar untuk melakukan sesuatu."
Baca Juga: Teks Pidato: Pengertian, Struktur, dan Jenis-jenisnya
1. Pernyataan Posisi
Struktur isi pidato persuasif yang pertama ialah pernyataan posisi.
Pernyataan posisi merupakan bagian dari pendahuluan yang memberikan pendapat atau sudut pandang pembicara.
2. Tahap Argumen
Argumen dalam pidato persuasif merupakan serangkaian argumen yang logis.
Ini digunakan untuk meyakinkan pendengar mengapa pernyataan posisi tersebut diambil.
3. Penguatan Pernyataan Posisi
Setelah menyampaikan serangkaian argumen, maka selanjutnya adalah penguatan pernyataan posisi atau simpulan.
Simpulan memperkuat atau menyimpulkan pandangan pengarang.
"Struktur isi pidato persuasif mencakup pernyataan posisi, tahap argumen, dan penguatan pernyataan posisi."
Nah, itu dia struktur isi pidato persuasif.
Baca Juga: 5 Langkah Menulis Teks Pidato, Materi Bahasa Indonesia Kelas VIII Kurikulum Merdeka
Coba Jawab! |
Apa itu pidato persuasif? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
---
Sumber: Buku Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas IX Karya Agus Trianto, dkk., Kemdikbud.
Tonton video ini juga, yuk!
Penulis | : | Mumtahanah Kurniawati |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR