adjar.id - Lumba-lumba merupakan jenis mamalia laut yang bernapas menggunakan paru-paru dan menyusui anaknya.
Oleh sebab itu, lumba-lumba harus muncul ke permukaan air untuk mengambil udara dan saat melahirkan.
Jadi, meskipun berbentuk ikan tetapi lumba-lumba bukan ikan, lo.
O iya, apakah Adjarian tahu jika lumba-lumba terancam punah?
Semua jenis lumba-lumba berada dalam keadaan terancam punah.
Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, seperti rusaknya habitat asli, ketersediaan makanan yang sulit, hingga tabrakan dengan kapal laut yang mengancam nyawa lumba-lumba.
Diketahui saat ini terdapat 49 spesies lumba-lumba dengan pembagian 42 tipe dolphin dan tujuh tipe porpoise.
Nah, dari angka tersebut ada 16 jenis lumba-lumba yang tinggal di lautan Indonesia.
Berikut beberapa jenis lumba-lumba yang ada di Indonesia.
1. Lumba-lumba belang (Stenella coeruleoalba)
2. Lumba-lumba fraser (Lagenodelphis hosei)
Baca Juga: Jenis Paus dan Lumba-Lumba Apa Saja yang Dilindungi di Indonesia?
3. Lumba-lumba gigi kasar (Steno bredanensis)
4. Lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncatus)
5. Lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik (Tursiops aduncus)
6. Lumba-lumba moncong panjang (Delphinus capensis)
7. Lumba-lumba pemintal (Stenella longirostris)
8. Lumba-lumba punggung bungkuk Indo-pasifik (Sousa chinensis)
9. Lumba-lumba risso (Grampus griseus)
10. Lumba-lumba totol (Stenella attenuata)
11. Paus elektra (Peponocephala electra)
12. Paus pembunuh (Orcinus orca)
13. Paus pembunuh kerdil (Feresa attenuata)
Baca Juga: Benarkah Lumba-Lumba dapat Melihat Melalui Suaranya?
14. Paus pembunuh palsu (Pseudorca crassidens)
15. Paus pilot sirip pendek (Globicephala macrorhynchus)
16. Pesut (Orcaella brevirostris)
Nah, itulah lumba-lumba yang ada di Indonesia.
O iya, dari semua jenis lumba-lumba di atas, orca adalah lumba-lumba terbesar, lo.
Coba Jawab! |
Apa penyebab lumba-lumba terancam punah? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
Tonton video ini juga, yuk!
Source | : | Kompas.com,Bobo.grid.id |
Penulis | : | Mumtahanah Kurniawati |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR