Tawaran tersebut akhirnya didiskusikan oleh Soekarno dan teman-temannya.
Hasilnya, Presiden Soekarno menyetujui permintaan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Pakualam VIII untuk memindahkan ibu kota Indonesia ke Yogyakarta.
Pada 3 Januari 1946, Jakarta diawasi dengan ketat oleh NICA sehingga Presiden Soekarno berupaya untuk melakukan evakuasi.
Salah satu cara melakukan proses evakuasi adalah melalui kereta api.
Kemudian, pada 3 Januari 1946 tepat tengah malam, gerbong kereta api C.2809 yang melintas dimatikan lampunya.
Tujuannya agar NICA atau Sekutu mengira kereta tersebut hanya kereta api biasa yang melintas untuk menuju ke Stasiun Manggarai.
Ternyata benar, NICA menduga kereta tersebut kosong, kemudian Soekarno menyusup ke dalam gerbong tersebut dengan hati-hati.
Pada tanggal 4 Januari 1946, kereta api itu membawa Soekarno dan rombongannya ke Yogyakarta.
Sesampainya di Stasiun Tugu Yogyakarta, Soekarno dijemput oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Pakualam VIII, Jenderal Soedirman, dan pejabat tinggi negara lain.
Akhirnya, pada tanggal 4 Januari 1946 tersebut, ibu kota Indonesia telah dipindahkan secara diam-diam ke Yogyakarta.
Alasan Yogyakarta dipilih sebagai ibu kota baru karena bentang alamnya yang membuat penjajah sulit untuk masuk ke wilayah tersebut.
Baca Juga: Mengapa Jakarta Bisa Menjadi Ibu Kota Indonesia? Ini Sejarahnya
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR