adjar.id - Gagasan umum atau gagasan utama pada sebuah teks merupakan gagasan yang menjadi dasar pengembangan suatu paragraf.
Untuk mengetahui gagasan umum dalam sebuah teks, kita perlu membaca teks tersebut secara keseluruhan, Adjarian.
Namun, ada juga teks yang menempatkan gagasan umumnya pada kalimat pertama. Hal ini membantu pembaca untuk lebih mudah memahami paragraf.
Gagasan umum biasanya akan disertai gagasan-gagasan pendukung atau penjelas yang membentuk sebuah paragraf.
Nah, berdasarkan letak gagasan umumnya paragraf dibagi menjadi tiga jenis. Apa saja, ya?
Yuk, kita cari tahu!
"Gagasan umum merupakan dasar pengembangan suatu paragraf yang disertai dengan gagasan-gagasan pendukung atau penjelas."
1. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah jenis paragraf yang letak gagasan umumnya berada di awal paragraf.
Pada paragraf deduktif awal kalimatnya atau kalimat utamanya merupakan gagasan umum.
2. Paragraf Induktif
Baca Juga: Pengertian Paragraf, Unsur-Unsur Paragraf, dan Jenis-Jenis Paragraf
Paragraf induktif adalah jenis paragraf yang letak gagasan umumnya berada di akhir paragraf.
Pada paragraf induktif akan diawali dengan gagasan-gagasan pendukung yang kemudian disimpulkan menjadi kalimat terakhir dalam paragraf yang memuat gagasan umum.
3. Paragraf Campuran
Sesuai dengan namanya, paragraf campuran adalah jenis paragraf yang letak gagasan umumnya berada di awal dan akhir paragraf.
Dalam paragraf campuran terdapat dua kalimat utama yang mengandung gagasan umum.
Kalimat utama yang terletak di akhir paragraf merupakan penegasan dari pernyataan yang ungkapkan dalam kalimat pertama.
"Jenis paragraf berdasarkan letak gagasan umum dibagi menjadi tiga, yaitu paragraf deduktif, paragraf induktif, dan paragraf campuran."
Nah, itulah jenis-jenis paragraf berdasarkan letak gagasan umumnya, Adjarian.
Coba Jawab! |
Apa itu gagasan umum? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
---
Sumber: Buku Bahasa Indonesia SMP/MTS Kelas VIII Karya E. Kosasih.
Tonton video ini juga, yuk!
Penulis | : | Mumtahanah Kurniawati |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR