adjar.id - Peninggalan sejarah tidak hanya berupa benda-benda material, tetapi juga berupa non-material.
Peninggalan sejarah berupa non-material ini misalnya, nilai dan norma, cita-cita hidup yang menjadi tradisi kebudayaan untuk diwariskan secara turun-temurun.
Dalam menjaga dan mewariskan tradisi kebudayaan tersebut, masyarakat Nusantara menggunakan cara lisan, salah satunya adalah dengan menggunakan dongeng.
Nah, Adjarian, dongeng sebagai jejak sejarah membantu kita mengenal tentang lagu-lagu daerah, permainan wayang, upacara ritual, dan lainnya.
Dongeng merupakan cerita karangan rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi.
Biasanya dongeng diceritakan sebagai hiburan, meskipun begitu dalam cerita dongeng banyak yang menggambarkan tentang kebenaran dan pelajaran moral.
O iya, setidaknya dongeng dapat dibagi menjadi dua macam. Apa saja, ya?
"Dongeng merupakan salah satu cara masyarakat Nusantara mewariskan kebudayaan."
Macam-Macam Dongeng
1. Dongeng Binatang
Dongeng binatang merupakan dongeng dengan tokoh binatang.
Baca Juga: Jenis-Jenis Dongeng #MendongenguntukCerdas
Dalam dongeng binatang, binatang-binatang dapat berbicara dan memiliki akal budi seperti manusia, Adjarian.
Bentuk khusus dari dongeng binatang adalah fabel, yaitu dongeng binatang yang mengandung ajaran baik dan ajaran buruk atau moral.
Di Jawa Tengah dan Jawa Timur bentuk dongeng binatang fabel disebut dengan "tantri" yang merupakan adaptasi naskah Pancatantra.
2. Dongeng Biasa
Dongeng biasa merupakan jenis dongeng dengan tokoh manusia yang biasanya menceritakan kisah sedih dan bahagia seseorang.
Contoh tipe dongeng biasa yang populer di Indonesia adalah Cinderella.
Ada beberapa dongeng dengan tipe Cinderella di Indonesia, seperti Ande-Ande Lumut serta Bawang Putih dan Bawang Merah.
"Dongeng dibedakan menjadi dua macam, yaitu dongeng binatang dan dongeng biasa."
Demikianlah dongeng sebagai jejak sejarah dan dua macam dongeng.
Coba Tebak! |
Apa yang di maksud dengan dongeng? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
---
Sumber: Buku Sejarah SMA/MA Kelas X Karya Hendrayana.
Tonton ini juga, yuk!
Penulis | : | Mumtahanah Kurniawati |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR