adjar.id - Hari Pendidikan Nasional yang diperingati tanggal 2 Mei merupakan momentum untuk menghormati dan mengenang jasa Bapak pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara memiliki filosofi pendidikan yang sampai sekarang masih diterapkan dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara termuat dalam semboyan khusus yang dibuat olehnya.
Semboyan tersebut berbunyi, "Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani".
Ki Hajar Dewantara memaknai pendidikan secara filosofi dengan harapan untuk memerdekakan manusia dalam berbagai aspek.
Aspek tersebut adalah aspek lahiriah yaitu kemiskinan dan kebodohan serta aspek batiniah, yaitu otonomi berpikir, mengambil keputusan, martabat, dan mentalitas demokratik.
Berikut penjelasan semboyan tersebut sebagai substansi gagasan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara.
Semboyan tersebut berarti "dari depan, seorang pendidik harus memberikan teladan yang baik".
Ing Ngarsa Sung Tuladha dapat diartikan bahwa seorang pemimpin atau pendidik harus memiliki sikap serta perilaku yang patut untuk dicontoh oleh pengikut atau siswanya.
Pendidik juga perlu menciptakan pendidikan yang seimbang dan tetap memandang setiap murid dengan rasa hormat.
Dengan begitu, pendidik mengajarkan bahwa harus tetap memiliki hati yang suci dan tidak meminta suatu hak atau balasan namun melakukan tugas mendidik dengan sikap melayani.
Baca Juga: 4 Jasa Ki Hajar Dewantara bagi Pendidikan Indonesia
Semboyan tersebut berarti "dari tengah, seorang pendidik harus dapat menciptakan prakarsa atau ide".
Ing Madyo Mbangun Karso dapat diartikan bahwa seorang pemimpin juga harus bisa berada di tengah-tengah.
Pendidik harus bisa berinovasi dengan tujuan untuk membangkitkan atau membentuk semangat muridnya.
Dengan begitu para murid mendapat teladan yang baik dan memiliki prinsip untuk terus maju dan melakukan inovasi.
Semboyan tersebut berarti "dari belakang, seorang pendidik harus bisa memberi arahan".
Seorang pengajar, pendidik, atau guru harus bisa memberi kebebasan kepada murid untuk berekspresi dan bertindak menjadi pemantau.
Guru harus bisa memantau budaya positif terhadap anak, khususnya dalam penanaman disiplin.
Apakah anak atau murid sudah melakukan hal yang sesuai atau efektif dalam menyelesaikan masalah.
Posisi kontrol guru antara lain sebagi penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau dan juga manajer.
Ki Hajar Dewantara merasa bahwa pendidik harus terus berupaya menjadi teladan, memberikan semangat dan memberikan dorongan kepada anak sesuai dengan trilogi pendidikan atau seperti semboyan yang ia utarakan.
Nah, itulah filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara.
Baca Juga: 3 Konsep Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara
Coba Jawab! |
Apa arti Ing Ngarsa Sung Tuladha? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
Tonton juga video ini, yuk!
Source | : | kemdikbud.go.id |
Penulis | : | Aldita Prafitasari |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR